"Lupakan. Justru dengan melupakan dan mengikhlaskan, kamu menolong dia menghadap Tuhan dengan sempurna. Jangan jadi penghalang. Biarkan dia bahagia berjumpa Tuhan. Relakan dia pergi sebagai pahlawan bahari!"
"Tak bisa. Tinggalkan aku sendiri!" Netra nanar itu serasa membelah hati.
"Aku hanya ingin kau sadar. Tindakanmu ini tidak benar!" Brian mendesah.
"Tidakkah kau ngerti, betapa aku  ...,"  Netra itu mendadak membelalak pilu.
"Aku ngerti. Bukankah kau tahu, aku pernah sepertimu?" pertanyaan retoris yang tak digubris gadis manis. "Berhasil kulewati masa sulit itu! Maka, aku yakin, kaumampu!" Â
Senja  berubah kelam, tetapi nun di ujung timur cahaya memesona tiba. Bulan  muncul sangat memesona. Purnama raya jelita!
"Nah, bukan kebetulan jika kau pilih tempat ini. Lihatlah, setelah matahari terbenam meninggalkan jejak jingga, kini purnama tiba! Inilah  pertanda bahwa Tuhan menghendaki kita untuk selalu bersyukur. Apa pun itu!" Brian spontan berpindah berdiri di samping gadis jelita itu.
Ditariknya lengan gadis itu dengan agak memaksa. Diajaknya menikmati purnama yang muncul dengan perkasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H