Sebulan sebelumnya, ada insiden kecil yang membuatku kebingungan. Seperti biasa, para karyawan karyawati harus absen ketika datang dan pulang menggunakan kartu absen. Tempat absen berada di lantai tiga, sementara tempat kerjaku di lantai pertama. Karena itu, setiap pagi ketika baru datang dan nanti menjelang pulang harus naik turun tangga hanya untuk urusan presensi ceklok ini. Bagi kami karyawan yang berada di lantai dasar, tentu ini menyita waktu dan  tenaga. Sungguh cukup melelahkan dan menyebalkan. Naik turun tangga manual menggunakan hight heels bukanlah perkara mudah bagi SPG yang harus banyak mondar mandir atau berdiri lama saat bekerja. Belum lagi kalau jam kedatangan kami mepet. Pastilah ada saja halangan yang menyebabkan rawan terlambat. Entah karena antrean mandi di tempat indekos, antrean kehadiran berjubel, atau alasan pribadi yang lain.
Saat itu, karena keteledoranku, kartu presensiku tercecer entah ke mana. Aku sangat panik mencarinya. Memang akhir-akhir ini penjualan di store-ku cukup laris manis. Namun, justru karena laris inilah presensi kepulanganku sering terlambat. Kesibukan membuat laporan penjualan pun cukup menguras energi sehingga membuat daya ingatku menjadi menurun. Jadi, intinya ... kehilangan kartu presensi merupakan sesuatu banget ...! Â
"Mas ... ee ...," dengan kebingungan aku melapor pada petugas pengurus presensi.
Ketika melihat nametag-ku ... petugas tersebut langsung memahami keadaanku.
"Oh, Mbak Pertiwi  ... Beres Mbak, tadi sudah aku absenkan, tenang saja. Untung Mbak datang sendirian sehingga tidak diketahui teman lain," sahut Mas yang belum kukenal itu.
Tiba-tiba salah seorang temannya datang dan langsung menghampiri kami.
"Ada apa, Mbak? Ada yang bisa kami bantu?"
"Oh, ini Mas ... Mbak Pertiwi  ini kemarin kartu presensinya terjatuh dan sudah saya selamatkan!"
"Yo, wes ... syukurlah! Matur nuwun, yo Mas Ihsan!" serunya sambil menepuk bahu lembut.
"Lain kali hati-hati ya Mbak. Oh, iya ... kenalkan saya Arifin. Ini Mas Ihsan," ujarnya menyodorkan tangan untuk berkenalan.
"Terima kasih, Mas," jawabku tersipu.