Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cumplung

3 Juni 2024   15:24 Diperbarui: 3 Juni 2024   15:29 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kami  biasa bermain menggunakan kelapa sisa dimakan bajing itu sebagai roda dorong. Nah, beberapa anak bergalah pun asyik mengail agar kelapa itu bisa segera diambil.

Cumplung adalah buah kelapa berlubang dan kosong, jatuh dari pohon akibat hama atau dimakan tupai. Selain itu, cumplung juga bisa berarti tengkorak manusia, kepala manusia wafat. Jadi, dua makna! Bisa berarti kelapa atau kepala!

"Lohhh ... ada rambutnya!?" teriak Budi membelalak ketakutan.

"Kepala manusia!" seru yang lain serempak.

"Tolooong! Tolong! Ada cumplung! Kepala manusia mati!" teriak dan jerit anak-anak bersahutan sambil berlari berhamburan sesegera mungkin meninggalkan area makam.

Berhamburanlah sekitar sepuluhan anak yang bermain-main di pemakaman pada Minggu pagi itu. Ada yang segera pulang sambil histeris dan masih berteriak-teriak ketakutan.

"Ada cumplung! Ada cumplung!"

"Endas putus!"

"Endas uwong! Ono endas putus!"

"Eneng apa?"

"Ada apa?" tanya beberapa orang yang melihat kepanikan kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun