Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Firasat

3 Juni 2024   02:15 Diperbarui: 3 Juni 2024   02:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bukan itu, Pak! Soalnya  ... saya bermimpi ..., " belum selesai sudah dipotong oleh Pak Darto.

"Aduuhhh, Bune! Ini apalagi, toh. Sejak kapan kita harus percaya mimpi? Percayakan hidup ini kepada Allah saja!"

"Tapi, Pak ... !"

"Sudah, sudah ... Aku berangkat dulu. Keburu siang, nanti! Kita ndhak boleh kalah sama ayam. Kalau ayam mau ceker-ceker, mesti makan. Bapak juga mau ceker-ceker dulu!"

Bu Lasmi tidak bisa melarang suami yang lumayan keras kepala itu.

Setelah mengantar suami sampai pagar luar, Bu Lasmi segera menyelesaikan tugas di dapur. Hati dan pikiran masih galau.
Diambilnya segantang beras kemudian hendak dipususi sebelum ditanak secara tradisional. Namun, tiba-tiba saja menyenggol piring beling yang ada di meja secara tidak sengaja. Jatuh dan pecahlah berkeping-keping.

Hatinya makin gelisah. Memikirkan mimpi ditambah piring pecah seolah akan terjadi sesuatu di luar kendalinya. Ketika diambil sapu ijuk untuk mengumpulkan pecahan piring, seekor cicak terjatuh tepat mengenai kepalanya. Dikibaskan spontan, tetapi makin membuat murung.

"Ya, Tuhan ... !" serunya. Air mata pun meleleh dengan deras tanpa dikomando lagi.

Badannya menggigil gemetar. Bibirnya pun bergeletar.

"Ini pertanda apa? Kok beruntun?" keluhnya terbata-bata.

Di tempat lain sekitar satu kilometer dari rumah, Pak Darto sedang mengayuh sepeda onthel butut-nya. Dia ikut merasa resah karena tadi tidak menanyakan kepada istrinya tentang mimpi yang menghantui itu. Disesali sikapnya yang tidak mengayomi manakala istri sedang susah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun