Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Firasat

3 Juni 2024   02:15 Diperbarui: 3 Juni 2024   02:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Firasat
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu


Pagi itu hari Minggu. Cuaca begitu dingin. Hujan semalam masih menyisakan rintiknya. Langit pun tampak muram. Bagi sebagian orang, dalam rinai begitu memeluk guling di kasur empuk adalah pilihan yang tepat. Namun, tidak demikian dengan Pak Darto. Dijemputnya rezeki hari itu dengan semangat seperti biasa. Segera ditata dagangan secepatnya.

Sementara, Bu Lasmi sedang menyiapkan segelas teh hangat dan gethuk singkong sisa kemarin. Masih terpikir mimpinya semalam. Dahulu, sebelum sang ayah dipanggil menghadap Tuhan, Bu Lasmi bermimpi. Tadi malam Bu Lasmi bermimpi yang sama.

Sambil menghidangkan sajian sarapan sederhana, dimintalah Pak Darto yang sedang sibuk itu segera menuju sepasang kursi usang. Namun, Pak Darto masih sibuk. Mengikat barang bawaan pada sepeda onthel satu-satunya harta mereka. Bu Lasmi segera menyeret tubuh kerempeng sang suami agar meminum teh senyampang masih hangat.

"Pak, diminum dulu mumpung hangat. Sekalian, nih masih ada gethuk buat pengganjal perut!" ajaknya.

"Sebentar toh, Bu. Masih kurang erat nih ikatannya!" jelas Pak Darto.

Bu Lasmi masih getol, tetap menyeret untuk duduk di kursi dekatnya.

"Pak, mbok ya ... hari ini  ndhak usah  ke pasar. Sekali ini ... saja!" rajuk Bu Lasmi.

"Lah, kalau ndhak  ke pasar, kita makan apa? Kita ndhak  kenal libur, kan? Meski Minggu harus tetap ke pasar!" Pak Darto bertanya balik sambil menatap netra Bu Lasmi.

 "Anu, .... "  ingin disampaikan mimpinya semalam, tetapi tidak tega mengucapkan. Sepasang netra itu mulai berembun. Isak pun terdengar lirih.

"Ah, ada apa sih, Bu? Jangan gampang nangis gitu. Yang tabah dan tawakal. Allah itu adalah Allah yang mahabaik. Jadi, apa pun dan bagaimana pun kondisi kita, Allah pasti akan menolong!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun