MENCURI START : TIPS DAN TRIK CANTIK
Ninik Sirtufi Rahayu
Setiap saat kita mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Setiap kali pula kita selalu terhenti pada lampu merah (trafic light) pertigaan, perempatan, atau juga lintasan kereta api. Bagi pengendara hal ini adahal hal biasa. Namun, jika kita dapat menyiasatinya dengan baik, kita punya kesempatan untuk menghemat waktu dan mempercepat perjalanan.
'Mencuri start' adalah istilah khusus pada bidang olahraga. Mencuri start ini memang bisa mengakibatkan peserta lomba dikenai sanksi diskualifikasi dan tidak diizinkan melanjutkan pertandingan. Misalnya, jika salah seorang atlet lari 100 m telah memulai berlari beberapa detik sebelum isyarat dibunyikan, atlet ini akan berada jauh di depan lawan-lawannya. Jika  dilakukan memang dapat menghemat waktu dan kemungkinan dapat menjadi juara. Namun, jika tindakan itu diketahui wasit akan berakibat fatal. Kita bisa didiskualifikasi!
Meminjam istilah bidang olahraga ini, ternyata mencuri start dapat dimanfaatkan secara positif pada beberapa bidang lain. Misalnya, dalam perjalanan sehari-hari. Saat terkena lampu merah kita dapat mempersiapkan diri dengan memilih tempat antrean yang paling menguntungkan. Biasanya, jalur kanan agak lambat memulai perjalanan. Karena itu, dengan memilih lajur sebelah kiri dan sesegera mungkin melaju saat lampu hijau menyala ternyata akan membuat kita berada jauh di depan kendaraan lain. Dengan demikian, kita dapat menghemat waktu perjalanan beberapa menit melampaui kendaraan lain. Memilih jalur jalan pintas yang lebih pendek dan tidak rawan macet juga dapat kita lakukan agar perjalanan kita relatif lebih cepat.
Dalam perjalanan dari rumah menuju ke kantor sehari-hari, saya selalu memilih jalur alternatif yang relatif lebih pendek. Misalnya, ada dua jalan yang mungkin dapat dilalui. Katakanlah jalur A dan jalur B. Jalur A berjalan lurus dan baru berbelok ke kiri pada lampu merah. Jalur lain berbelok dua kali ke kiri dan ke kanan, tetapi pada lampu merah dapat berbelok ke kiri bebas hambatan. Ternyata, melalui jalur B lebih cepat dibandingkan jalur A. Dengan demikian setiap hari saya selalu melalui jalur B ini. Dengan menghitung jarak dan waktu, dan berdasarkan pengalaman tersebut saya akan memilih jalur terpendek, tercepat, bahkan mungkin dengan jalan pintas atau potong kompas agar dapat menghemat waktu dalam perjalanan.
Hidup di masa kini dan terlebih di masa yang akan datang tentu diwarnai dengan persaingan. Semua serba harus berkompetisi. Jika kita tidak terbiasa memanfaatkan dan mengelola waktu secara lebih bijak, kita akan tergilas oleh roda kemajuan zaman itu sendiri. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan bersaing sehat akan sangat menguntungkan diri sendiri. Demikian pula, putra-putri kita pun (jika telah memiliki) harus kita persiapkan untuk menyongsong dunia kompetitif dengan menjadi kompetitor yang berakal sehat.
Prinsip mencuri start di atas dapat diterapkan dalam berbagai bidang dan kesempatan. Misalnya, saat saya memiliki balita. Sebelum balita saya memasuki usia taman kanak-kanak, saya sudah mengajarkan calistung (baca-tulis-hitung) kepadanya. Saat bersekolah di Taman Kanak-kanak, dia sudah pandai membaca judul dan subjudul koran  dengan huruf relatif besar. Sebelum teman yang lain mampu membaca, balita saya sudah mampu melahap cerita bergambar singkat. Mereka  pun dengan bangga menceriterakannya kepada teman-teman mainnya apa yang dibacanya itu. Dengan demikian, tugas sang guru untuk mengajar membaca menulis sudah tidak berlaku lagi buat ketiga jagoan kami. Bahkan, gurunya meminta untuk unjuk kemampuan seperti membacakan cerita di depan kelas, membaca pesan kesan saat pertemuan wali murid, atau bahkan diikutkan lomba membaca cerita. Dampak positif yang dapat diraih adalah mereka mampu menduduki peringkat pertama sejak SD dan SMP. Bahkan hingga perguruan tinggi pun mampu unjuk kebolehan dengan prestasi cumlaude! Ini fakta yang kami peroleh dari model sistem mencuri start tersebut. Jujur, sulung dan bungsu memperoleh beasiswa meraih program magister dan doktornya di Amerika Serikat. Bukankah ini prestasi yang luar biasa?
Memang, menduduki peringkat pertama bukanlah target dan tujuan utama. Namun, memanfaatkan peluang untuk menjadi hebat itulah yang lebih penting. Dengan membiasakan mereka untuk menjadi yang terdahulu, membuat mereka senantiasa memanfaatkan peluang secara lebih baik dan efektif.
Selanjutnya, agar anak-anak terbiasa dengan situasi kompetitif, sejak usia sekolah SD mereka saya ajak main tebak dan cerdas cermat. Jika berhasil menebak atau menjawab pertanyaan sesuai materi di sekolah, kami menyediakan hadiah berupa uang saku tambahan yang langsung dimasukkan ke dalam celengan tanah liat masing-masing. Jika salah, secara sportif mereka akan mengakuinya dan belajar lebih baik lagi untuk mendapatkan hadiah tersebut.
Bukankah ini juga pelajaran hidup hemat dan memanfaatkan keuangan secara bijaksana? Buktinya, kini mereka sudah memiliki fasilitas hidup lengkap karena pengelolaan keuangan secara prima. Kalau kami pada usia 40-an baru memiliki rumah dan kendaraan mokas (mobil bekas), ketiga jagoan kami jauh lebih muda daripada usia kami ketika mereka mampu memiliki fasilitas tersebut.
Nah, lucunya, karena terbiasa tebak kata, teka-teki, atau menjawab soal, kepada eyangnya yang bukan guru pun mereka meminta 'pertanyaan' atau semacam kuis dan jika menjawab benar mereka akan meminta hadiah uang saku. Tentu saja eyangnya tidak dapat memberikan pertanyaan tersebut. Karena eyangnya berwiraswasta dengan berjualan di pasar, beliau meminta mereka untuk melakukan sesuatu seperti melipat tas kresek, memilah dan memilih kertas yang baik untuk membungkus dagangan, bahkan mengelap daun pisang.