"Doakan kami, ya ...!" bisikku sambil memeluk mereka satu per satu.
"Paaaam ... titip Ayah dan Ibu, ya ...! Jadilah body guard beliau!" pekikku yang dijawab Pamungkas dengan anggukan dan jempol teracung.
Mas Prima menggendong Nugo dan aku menggendong Nugi segera meninggalkan mereka menuju area pemberangkatan. Sementara itu, tas perlengkapan bayi pun menggelendot dengan manis di punggung kami masing-masing.
"Sampai ketemu dua tahun mendatang. Semoga Mas Dewo sudah beroleh istri, ya!" kataku sambil berjalan meninggalkan mereka.Â
Dua balita kami berceloteh riuh mengangkat tangan dan melambai-lambai ke arah mereka.
"Byeeee ...!"
***
Pagi itu bagai tersengat listrik ratusan watt ketika kubaca pesan WhatsApp Bapak. Mas Dewo kecelakaan. Kudekap Nugo mendoakan ayahnya agar Tuhan berkenan berbelas kasih memulihkan kesehatannya. Tirta netraku pun berlelehan. Kupeluk erat dua jagoanku yang keheranan melihatku mencucurkan air mata.
Doaku menembus langit, "Ya, Tuhan jangan biarkan sahabatku dalam kesakitan, angkatlah penyakitnya agar sehat kembali. Tidak lama lagi kami akan pulang ke tanah air, ya Tuhan, izinkanlah si piatu ini bertemu ayahnya, amin."
Namun, yang terjadi adalah kehendak Tuhan! Manusia bisa apa?
selesaiÂ