Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bias Bianglala Senja (Part 2)

1 Juni 2024   12:32 Diperbarui: 1 Juni 2024   18:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

***

Hari Minggu yang kutunggu pun tiba. Pagi sekitar pukul delapan, datanglah seseorang mencari Ayah. Penampilannya sangat rapi. Tampaknya dia pemuda baik-baik. Ternyata, Ayah memperkenalkan sebagai sopir baru kami.

Setelah berbicang-bincang sebentar, Ayah mengizinkan aku dan dia berjalan ke mana pun mau. Ayah menceritakan bahwa aku hendak memperlancar kemampuan menyetir. Dia pun menyanggupi akan menjadi instrukturku.

"Maaf, Mbak. Sementara mobilnya saya bawa dahulu. Nanti di tempat yang akan saya tunjukkan, silakan Mbak yang membawanya!" katanya sambil merunduk santun.

Aku cuma mengangguk mengiyakan. Jika Ayah sudah akrab dengannya, aku belum kenal  sama sekali. Sambil mengendarai mobil, dia menceritakan bahwa Ayah adalah orang baik. Ayahlah yang menolong hingga dia berhasil menyelesaikan kuliah. Dengan sesekali menjadi sopir pribadi, atau membantu ini itu, dia bisa membiayai kuliah dan sekolah adiknya.

Konon kedua orang tuanya sudah tiada, sementara dia masih memiliki seorang adik lelaki yang duduk di bangku akhir SMP. Kini setelah wisuda, Ayah meminta menjadi sopir pribadinya. Apalagi, selain Ayah dan Ibu, aku pun harus diantar jemput olehnya. Maka resmi sejak hari ini dialah yang akan mengantarkan ke mana pun kami mau.

Nama panggilannya Prima. Lengkapnya Prima Pratama. Kuperhatikan sekilas kulitnya hitam manis, wajahnya lumayan tampan dengan kumis tipis menghias bawah hidung mancungnya. Bodi atletis yang dimiliki mengesankan sebagai seseorang yang teguh dalam pendirian dan kuat dalam berkeyakinan. Nampak sepintas terkesan pemalu dan tidak banyak bicara.

Dia pun telah mengantongi ijazah sarjana dengan predikat cumlaude dari perguruan tinggi negeri ternama. Maka, sambil menunggu panggilan kerja, dia menerima tawaran Ayah untuk menjadi sopir pribadi kami.

Aku pun dipersilakan mencoba mengendarai kendaraan di perumahan sepi. Jalan mulus lumayan bagus. Ada jalanan lurus dan panjang, ada juga putaran yang tepat sekali untuk berlatih mengendarai mobil. Katanya, dia dulu juga belajar di tempat itu. Namun, tidak kursus, tetapi diajari teman SMA-nya yang berasal dari keluarga berada. Bahkan, sampai saat ini hubungan mereka masih berlanjut. Katanya, teman itu merupakan aset di masa depan! Jika menjadi orang baik, bisa memperoleh teman banyak dan mempertahankan pertemanan dengan langgeng, sama dengan memperoleh rezeki luar biasa. Itulah salah satu prinsip hidupnya.

Dia merasa heran dengan dirinya yang pemalu dan pendiam tiba-tiba bisa bercerita se-nerocos itu kepadaku. Katanya pula, dia mendambakan seorang adik perempuan, tetapi yang dimiliki adalah adik lelaki yang justru menjadi tanggung jawabnya. Itu mungkin yang menyebabkan dia segera akrab. Bahkan, dianggapnya aku sebagai adiknya. Aku pun sama juga sih ... sebagai putri semata wayang sebenarnya aku pun mendamba seorang kakak lelaki yang baik hati, care, humble, bertanggung jawab, dan selalu melindungiku!

Sebelum aku memulai mengendarai mobil Ayah, dia memberitahukan jurus jitunya untuk berkendara. Aku  menyimak tanpa berkomentar, hitung-hitung menambah pengetahuan. Akhirnya, aku berhasil menundukkan mobil Ayah meskipun masih belum sehalus Prima. Tak mengapa. Masih ada kesempatan untuk berlatih, sampai aku diizinkan Ayah untuk membawanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun