Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - belajar mengingat dan menulis apa yang diingat

Menulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manisnya Sebuah Pertemuan

31 Mei 2024   11:32 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:37 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hmmm ... iya. Makanya aku kok nggak tega kalau harus meninggalkan Budhe. Masalahnya seperti sudah jadi ibuku sendiri. Aku yang sudah yatim piatu gini nih ... kalau kangen palingan nyekar ke kuburan. Yang sudah meninggal tidak tahu apa-apa alias sia-sia saja sebenarnya, 'kan? Kenapa nggak dulu saat beliau masih hidup? Mending ketika masih hidup kita bisa nywargakake8 ibu!" Bligo menyepakati.

"Apa maksud nywargakake, Kang?" tanya Jarot.

"Ya, mengusahakan supaya si ibu hatinya senang seperti merasa di surga! Gitu, loh!" jelas Bligo.

"Iya ... makanya ada pepatah seorang ibu bisa memelihara sepuluh anak dengan kasih sayang sama, tetapi sepuluh anak belum tentu bisa membahagiakan ibunya. Iya, kan?" seru Jarot.

"Benar. Coba kita bisa memberitahu kondisi Eyang kepada kedua anaknya, ya! Kita yang dekat saja nggak tahu bagaimana kalau menjelang tidur Eyang merasakan kesepian di kamarnya. Ini kondisinya masih sehat, loh. Bagaimana kalau dalam keadaan sakit? Ngenes9, 'kan? Anak diasuh, disekolahkan, dikasihi ... eh, setelah jadi orang hilang plassss10 ... tanpa bekas. Padahal, masih hidup!" jelas Gemplo berapi-api sambil menggunakan lengannya untuk menjelaskan.

Diskusi mereka terhenti saat dua mobil bagus memasuki halaman luas rumah Eyang. Keempat pemuda itu tercengang. Siapa gerangan tamu yang datang? Gemplo segera memberitahukan kedatangan tamu itu kepada Eyang.

Ternyata, beberapa orang dengan berpakaian bagus-bagus turun dari kendaraan. Seorang bapak berusia tujuh puluh tahunan lebih berjalan dengan kaki agak pincang digandeng perempuan berusia empat puluhan. Seorang lelaki gagah berusia sekitar empat puluh lebih memberi tahu kepada kedua sopir untuk menurunkan barang-barang yang cukup banyak. Empat remaja semuanya lelaki yang tampan dan seorang gadis sepuluhan tahun berjalan menuju teras.

"Kulo nuwwwuuuunnn ...!" sapa seorang bapak berusia renta.

Eyang tergopoh-gopoh datang dari arah dapur. Beliau sangat kaget dengan kehadiran tamu tidak diundang yang datang tiba-tiba itu.

"Ibuuuuu ...!" tubruk seorang perempuan cantik langsung memeluk ibunda.

"Ya, Allah!" seru Eyang tak kuasa menahan rindu di dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun