"Wadhuuuuhhh!" sahut Gemplo.
"Mereknya apa sih?" tanya Jarot.
"Masih didaftarkan katanya. Kayaknya, Semangat 45!" kata Bligo.
"Wah, ternyata susah dan ribet ya, Kang!" kata Gemplo.
"Iya. Kalau kamu mau jualan, yang banyak dicari para tukang bangunan itu nasi jagung dan teh manis, sepertinya!" saran Bligo.
"Hmmm, ... ya sudahlah. Kita ikut orang saja dulu sambil nabung. Nanti kalau uang kita cukup, kita bisa mikir mau jualan apa!" ujar Jarot.
"Iya, toh di sini kita juga nyaman. Makan tidur gratis. Cucian pun bisa diatasi bersama. Eyang orangnya juga baik. 'Kan memang tujuannya hanya mencari teman dalam sisa usianya!" lanjut Bligo.
"Iya, sih! Dua anaknya kok bisa ya ... tahunan nggak pernah pulang gitu!"
"Hmmm ... masing-masing orang punya pemikiran sendiri. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka. Bukan urusan kita pula!" jelas Bligo.
"Tapi, Kang. Segoblok-goblok kita, kalau tidak pernah mengunjungi orang tua itu ... ya tetap saja salah. Bener nggak?" Gemplo berargumen serius.
"Iya, harusnya mumpung7 beliau masih hidup, harusnya disempatkan. Syukur-syukur dibahagiakan! Kapan lagi kita berbakti kepada orang tua? Ya, 'kan?" sahut Darko.