Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - menulis itu bikin kuat daya ingat

Menulis yang bisa ditulis dengan sukacita sebab hati yang gembira adalah obat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manisnya Sebuah Pertemuan

31 Mei 2024   11:32 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manisnya Sebuah Pertemuan
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Eyang Yuchi, demikian beliau disapa. Nama lengkapnya Ruchi Wiyanti, seorang ibu sepuh pensiunan guru dengan usia lebih dari 60 tahunan. Semula beliau tinggal seorang diri di rumah lama yang sebenarnya sudah harus direnovasi. Konon sang suami telah meninggalkan sejak putri kedua bernama Endang Margayanti yang kini berusia 40-an tahun itu berusia tiga bulan. Sementara putra pertama, seorang lelaki gagah bernama Bambang Sumaryanto, berusia tiga tahun lebih tua daripada si adik. Konon kedua putra putri tersebut diberi nama mengambil dari bagian nama sang ayah dan ibunda, Sumargo dan Ruchi Wiyanti.

Sang suami yang pamit menjadi buruh  migran di negeri jiran telah meninggalkan dengan alasan kerja, tetapi tidak pernah pulang sejak keberangkatannya. Entah apa yang terjadi dan bagaimana nasibnya tidak diketahui dengan pasti.

Masyarakat cukup mengenal sosok beliau. Sejak muda terkenal sebagai wanita mandiri yang lincah. Sudah puluhan tahun ditinggal sendiri di rumah lama itu. Si sulung, Bambang, katanya telah berumah tangga dan menjadi orang terpandang di luar pulau. Namun, belum sekali pun dia pulang menjenguk sang ibu. Demikian pula dengan Endang yang kabarnya dinikahi pejabat dari Timor Leste. Sejak pernikahannya dua puluhan tahun silam itu juga belum pernah pulang ke kampung halaman. Lengkaplah sudah! Keluarga yang konon merupakan harta paling indah itu tidak lagi dimiliki sejak puluhan tahun silam!

Pagi itu seperti biasa Eyang Yuchi yang tinggal di desa sudah ramban di tegalan dekat rumah. Ada saja yang bisa dipetik, seperti pucuk daun pepaya, daun singkong, daun ubi jalar, beluntas, dan kenikir yang tumbuh liar. Sedangkan cabai dan jeruk sambal ada di pekarangan rumahnya sendiri. Eyang juga menanam labu siam yang tumbuh subur dengan diberi anjang-anjang rambatan seadanya.  Kalau masalah sembako, setiap tanggal muda saat gajian pasti Eyang menyempatkan diri membeli beras, gula, minyak goreng, susu kaleng, dan beberapa kebutuhan lain di toko grosir langganan. Untuk mengambil gaji, Eyang biasa diantar Darto tetangga desa yang sudah menjadi langganannya.

Gajinya per bulan untuk memenuhi kebutuhan sesehari asal bisa mengatur dengan baik cukuplah. Ada tunjangan gaji suami pula sebab tak pernah dilaporkan kalau sang suami sudah tidak bersama lagi. Ya, bisa dibilang janda, tetapi tidak pernah memiliki surat cerai. Namun, nyatanya memang sudah menjanda. Ada untungnya sih, dia tidak melapor ke kantor dinas karena masih ada sedikit tunjangan suami walau tak seberapa. Cukuplah bisa digunakan sebagai pembeli terasi, bahan paling utama dalam hidup karena kesukaannya mengonsumsi kulupan dedaunan kukus ditambah sambal tomat terasi.

Namun, sejak purnatugas, Eyang berinisiatif mengumpulkan empat pemuda kampung yang mau diajak bekerja sama. Beliau sudah merasa puas dengan bekerja kantoran dan kini ingin mengembangkan sayap sebagai wirausaha. Bersyukur, diperoleh empat tenaga yang sudah diuji kejujuran dan keseriusannya.

Beliau juga mengambil seorang asisten rumah tangga. Diperolehlah seorang asisten rumah tangga yang cukup prigel5  dalam hal memasak. Bu Sur nama ART yang sekian tahun lamanya telah ikut sebagai ART di kota dan di sisa usianya ingin pulang kampung dengan ikut Eyang. Jadi, kini Eyang tidak sendiri lagi. Oleh karena itu, dana taspen yang diterima digunakannya sebagai modal awal usaha membuat makanan rumahan.

Dipilihlah 'kue pancong', 'serabi miring', atau disebut juga 'rangin' sebagai dagangan yang akan dijajakan petugas. Adonan sudah dipersiapkan oleh Eyang atau kadang Bu Sur sehingga keempat pemuda tinggal mencetak adonan itu sesampai di tempat berjualan. Keempat mereka dipersilakan memilih sendiri hendak berjualan ke mana sesuai kemauan masing-masing.

Dipersiapkanlah lima cetakan kue serabi miring, empat untuk para pedagang keliling, juga beberapa LPG semangka, dan perlengkapan lain yang bisa dibawa di sepeda motor masing-masing. Adapun sepeda motor, dibelinyalah sepeda motor bekas yang masih bisa dimanfaatkan untuk berdagang. Segala sesuatu dipersiapkan hanya dalam hitungan sebulan saja.

Yang paling utama dikemukakan kepada pemuda desa itu agar ulet melakukan pekerjaan mereka. Daripada menganggur, biarlah bekerja agar bisa menabung untuk persiapan masa depan mereka. Itu prinsipnya. Membuka lahan pekerjaan bagi pemuda desa yang masih belum memperoleh pekerjaan. Maka, dilatihlah keempatnya untuk mencetak kue rangin dan menjajakannya ke mana mereka suka.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun