Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Disangka Bukan Tersangka

29 Mei 2024   11:56 Diperbarui: 29 Mei 2024   12:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi harinya, Astuti dengan beberapa wanita pendukungnya bergerak cepat mendatangi rumah Non Ajeng. Rombongan wanita yang mengamuk tersebut tidak menemukan Ajeng di rumahnya. Ketika mendobrak dan memasuki tiap jengkal rumah yang dibangun warga tersebut, tidak mereka temukan Ajeng. Bahkan, rumah itu sudah bersih. Hanya dua orang pembantu saja yang mereka temukan.

Pak Kades dan beberapa perangkat yang mendapat laporan amuk para ibu segera mendatangi lokasi. Pak Kades kecewa karena ulah ibu-ibu brutal yang tidak bisa menjadi anutan para gadis. Padahal, semua yang dilakukan itu hanya berdasarkan atas rasa iri dan belum tentu terbukti. Para suami yang mendengar ulah para istrinya pun merasa malu. Bang Doni sebagai suami Astuti, penggerak demo tersebut, mengungkapkan kekecewaannya dan meminta maaf kepada Pak Kades atas sikap istrinya yang tidak bisa dikendalikannya.

Salah seorang warga yang melaporkan dan meminta kepada pihak berwajib untuk menentramkan warga disambut baik oleh pihak yang berwenang. Kehadirannya pun menambahkan bahwa seorang pendatang yang tidak perlu dicurigai berlebihan selama tidak membuat keonaran.  

Dua bulan setelah peristiwa itu, desa terpencil tersebut memperoleh bantuan pemerintah dalam hal pembangunan jalan. Bahkan, oleh salah satu investor, daerah tersebut akan dijadikan pusat wisata alam pedesaan. Pak Kades pun sangat berterima kasih dan meminta kehadiran warga untuk menjadi saksi dalam penandatangan MOU dengan investor.

Semua warga berduyun-duyun menunggu pajabat yang hendak datang menengok desanya dan sekaligus membangun desa tersebut. Hidangan ala desa sudah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Ketika yang ditunggu tiba, seorang pejabat tampan turun dari kendaraan yang disopiri seorang aparat. Berikutnya, turun dari jok mobil belakang yang dibukakan sopir adalah Binar dan kemudian diikuti Ajeng dengan busana kain kebaya.

Dengan menggandeng lengan pejabat tersebut, Ajeng mengganggukkan kepala sambil tersenyum manis. Kedua belah tangannya dikatupkannya di depan dada. Sementara Binar mengekor di belakangnya.

"Saya berterima kasih kepada seluruh warga yang menerima istri saya saat menunggu saya menjalani proses penyidikan, dan bersyukur kepada Allah saya tidak terbukti bersalah sehingga dibebaskan dari segala tuduhan yang ada. Nama baik saya pun telah dipulihkan kembali. Terima kasih ...," ungkap pejabat yang ternyata suami Ajeng.

Dalam  bahasa Indonesia terdapat peribahasa 'Manis Daging' artinya seseorang yang biasa dituduh melakukan salah satu kejahatan, padahal ia tidak bersalah. Dengan mengenal peribahasa ini kiranya kita tidak melakukan hal yang tidak berkenan bagi sesama. Oleh karena itu dikatakan bahwa, "Keindahan yang maksimal itu ketika dirimu sudah tidak lagi ada niat dan prasangka buruk kepada manusia lainnya." Maka pesan bijak ini tepat, "Janganlah kita mudah berprasangka buruk pada seseorang karena kita tidak dapat menilai seseorang dari penampilannya saja."

 
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun