Betta merasa bahwa semua hanya memperhatikan adiknya. Sementara sebaik apa pun yang Betta capai, kurang mendapat perhatian.
"Ante. Ante tahu kan, kalau Betta mendapat juara baca cerita anak di sekolah?" kata Betta setelah membuka pintu kamar Betty.
"Tahu. Tante tahu, kok!"
"Kenapa nggak ada hadiah buatku kalau Ante tahu?" gerutunya.
"Ooh ...!" Tante Risa menoleh. Kini diperhatikan Betta dengan sungguh-sungguh.
"Maksud Betta apa? 'Kan tadi Tante sudah berjanji, bulan depan Betta boleh minta apa pun!"
"Yaaaahh ... asal Ante tahu aja! Betta benci dibeginikan sama Ante!" teriak Betta sambil keluar dari kamar.
Tante Risa ikut keluar mengejarnya. Betta menangis di kursi yang berada di teras. Tante Risa menarik salah satu kursi lain, menyeret kursi itu mendekati, dan duduk manis di sana.
"Betta! Betta tahu 'kan keadaan adik Betty?" tanya Tante dengan lembut.
"Tahu. Karena itu semua menyayangi Betty dengan berlebihan!" serunya ketus.
"Tidak begitu, Sayang! Kami tidak pilih kasih. Jangan berburuk sangka, Nak!" sergah tantenya.