Pambudi hanya tertawa sambil mengacak-ngacak poni Nadya lalu mengecup keningnya mesra.
"Yuk, ah, ... kita istirahat dulu sejenak. Aku lumayan capek, Nok! Hari ini banyak banget acaraku!" jawab Pambudi sambil menyelonjorkan kakinya di sofa berwarma soft itu.
"Ah, ... yaya ...!" diletakkannya pantatnya berdekatan dengan suaminya. Lalu tangan Pambudi melingkari pinggangnya dengan nyaman.
"Nok ... sukakah kamu tinggal di sini?" tanya Pambudi lembut.
"Suka banget, Mas!"
"Bagaimana kalau kita pindah ke sini agar kamu bisa lebih tenang mengurus baby kita setelah lahiran nanti?" lanjut Pambudi.
"Haa ... seriusss?" tanya Nadya membelalak.
"He ... eh, Nok. Ini rumah hadiah untukmu yang telah memberikan seorang baby sebagai hadiah terindah dalam hidupku!"
Nadya langsung memeluk erat suaminya sambil meneteskan air mata.
"Loohh kok malah nangis, sih?" sergah suaminya sambil membelai punggungnya. "Ini hadiah istimewa yang sangat surprise, bukan?"
"Terima kasih, Mas. Aku sangat terharu, akhirnya ... aduuhhh ... !" tiba-tiba Nadya kesakitan karena perutnya seakan diremas dan merasa sangat mules. Nadya meringis menahan sakit, sementara Pambudi lumayan kebingungan. Pambudi pun segera mencari tahu klinik bersalin di seputaran rumah barunya itu.