"Ohh ...!"
 "Ketika Papa melakukan, itu jelas yang pertama kali buat Vivi. Aku  sangat bahagia. Itu yang ingin kupersembahkan buat Papa untuk selamanya. Makanya, meskipun sakit, nyeri, berdarah-darah  aku sangat bahagia. Papa tahu aku tidak menangis, tetapi air mata meleleh juga, kan? Dan Papa mengusap air mataku sambil berkata, 'Lama-lama sakitnya akan tak terasa lagi, Sayang' saat itu aku mengangguk, aku yakin, yang penting bagiku asal Papa bahagia. Sakit bisa aku atasi. Sungguh pengalaman yang luar biasa ketika aku bisa mempersembahkan yang pertama kalinya untuk orang yang kucintai!" tutur Vivi sambil berkaca-kaca.
"Oohh ... terima kasih, Cantik. Lalu apa kamu tidak takut hamil saat itu?"
"Enggak mikir gitu. Aku nggak nyadar. Ketika bajuku nggak muat semua, aku berkaca, kulihat tubuhku berubah, lalu Mama mengetahuinya saat itu, barulah yakin kalau aku hamil. Aku senang sekali saat itu, Pa!"
"Nggak takut juga?"
Vivi menggeleng, "Kan itu bukti dan tanda bahwa aku sangat sayang pada Papa. Mengapa harus takut?"
"Ohh ... !" Prasojo pun kian mengeratkan pelukannya.
"Tapi ... dengar-dengar melahirkan itu sakit sekali. Vivi sempat takut banget. Apalagi orang bisa mati saat melahirkan. Jadi, takut dan ngeri juga!"
"Trus?"
"Vivi cari tahu bagaimana proses kelahiran. Bagaimana sikap menghadapi masa melahirkan, gitu-gitu ...!"
"Sekarang aku tahu bahwa istriku ini sangat hebat!"