"Hmmm ... iya. Jadi, peristiwa itu kayaknya sudah hampir setahunan ya, Pa?"
"Hmm iya, ... !"
"Bagaimana kabar Mama, ya Pa?"
"Entahlah. Nomor Papa diblokirnya. Ketika Papa samperin ke kantornya, selalu tidak berhasil ditemui. Sejak kelahiran putri kita, entah mamamu ke mana. Di rumah lama juga jarang disinggahinya!" kata Prasojo lirih.
Diam-diam Vivi bangga. Dia bangga menjadi satu-satunya istri yang dinomorsatukan suaminya. Meskipun memperoleh suami dengan cara seolah-olah merebut dari bibinya, Vivi tahu seandainya si bibi bisa memberikan keturunan pasti paman itu tidak akan mencintainya seperti itu. Vivi bersyukur dipertemukan dengan suaminya bagaimana pun caranya, maka Vivi bertekad mempertahankan.
Pengakuan Si Madu
"Pa, mengapa dulu tiba-tiba Papa melakukan itu kepada Vivi?" tanyanya pelan.
"Papa diam-diam mencintaimu! Lalu, kenapa kamu mau menyerahkannya?"
"Aku juga mencintai Papa. Aku setiap malam memimpikan Papa tidur di sampingku!"
"Oohh, ... sejak kapan?"
"Sejak melihat Papa dan Mama bertempur dulu. Habisnya kalian melakukan itu di depan mataku ... mmmm ... maka ... aku selalu membayangkan Papa membegitukan aku!" urai Vivi sambil tertawa ceria.