Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bila Belalang Bertapa (part 2)

21 Mei 2024   15:55 Diperbarui: 21 Mei 2024   16:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Sejak hari itu Belalang berpuasa. Ia tidak makan, tidak minum, tidak bergerak, dan bahkan tidak mau berbicara. Dia hanya diam tak bergeming di sela-sela daun ilalang panjang. Seperti halnya kepompong!


Sudah berhari-hari dia melakukan aktivitas barunya: bertapa dan berpuasa! Dia berkeinginan dan berharap agar sayapnya berubah menjadi indah. Namun, yang terjadi semakin hari badannya semakin kurus. Teman-teman serangga lain yang melihatnya, merasa terheran-heran melihat perubahan drastis itu.


"Apakah kamu sakit, Belalang sehingga kamu tidak mau makan dan bermain dengan kami?" tanya Jangkrik mendekatinya.
Belalang tidak mau menjawab. Hanya diam seperti halnya kepompong.


"Aneh, biasanya kamu mau berbicara, mengapa sekarang diam, Belalang? Ada apa denganmu?" tanya Cacing yang tiba-tiba menyembul dari sela akar ilalang dengan terheran-heran. Belalang tetap diam membisu sejuta bahasa.


"Apa yang kamu pikirkan, wahai Belalang? Badanmu kurus, mukamu pucat, bibirmu gemetar. Apa yang menjadi permasalahanmu?" tanya Glatik yang hinggap di pucuk bunga liar.


"Ceritakanlah, siapa tahu kami bisa membantu memikirkan dan mencari jalan keluarnya!" rayunya.


Belalang hanya diam saja. Hal ini menyebabkan semua temannya sedih dan khawatir. Semua mengira si Belalang mulai gila. Karena itu, keesokan harinya teman-temannya berkumpul di sebelah-sebelah dan di sekitarnya  mencoba menghibur dan mengajaknya berbicara.


"Jika ada masalah, berbicaralah!" kata Jangkrik.


"Ya, Belalang. Kami dengan tulus akan mencoba membantumu!" kata Lipan.


Semua berusaha menghibur. Mendengar hal itu hati Belalang pun tersentuh dan luluh, kemudian mau menceritakan keadaan dan sisi hatinya. Apa yang dipikirkan dan diinginkannya dikemukakannya dengan mata berkaca-kaca.


"Aku berpuasa karena ingin menjadi seperti Kupu. Aku ingin menjadi Kupu!" katanya tersendat-sendat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun