Pambudi sangat heran, betapa dengan tabah Nadya menghadapi badai kehidupannya setengah tahun terakhir ini. Pambudi membayangkan betapa teririsnya hati Nadya saat melihat suami mencumbu dan memesrai kemenakan di hadapan matanya. Hatinya ikut teriris membayangkan. Â
Ditatapnya netra Nadya sambil sesekali mengambil napas dalam.
"Tahukah kau, mengapa aku tidak menikah sampai setua ini?" tanyanya kepada Nadya yang terdiam sesaat setelah menyelesaikan kisah hidupnya.
Nadya menggeleng sambil mengedarkan tatapan kosong ke segala arah mencari-cari sopir yang tadi mengantar.
"Aku mencintai seseorang, bahkan sampai sekarang pun aku masih mencintainya. Aku tidak bisa menggeser posisinya dari hatiku!" Â ujar Pambudi menjawab pertanyaannya sendiri yang tidak dijawab oleh Nadya.
Nadya sedikit membelalak. "Mengapa begitu dalam kau mencintainya, Mas?"
"Entahlah. Aku juga tidak tahu mengapa, tetapi aku selalu percaya bahwa suatu saat aku dapat meraihnya! Itulah sebabnya aku tidak ingin menggantikan posisinya di hatiku ini!"
Tiba-tiba si sopir mendekati Pambudi sambil meringis memegangi perutnya, "Pak, saya sakit perut!"
bersambungÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H