"Jika tidak sanggup, baiknya pulang bersamaku. Kendaraanmu biar dibawa sopirku, bagaimana?" tanya Pambudi.
Dengan mata bersimbah air, akhirnya Nadya mengangguk. Pikirnya ia harus menenangkan hati dengan bersantai sejenak. Sudah lama ia tidak melakukan refreshing. Kenapa tidak pikirnya.
Nadya tidak ingin pulang, tetapi ingin bersantai di suatu tempat yang cukup tenang. Dia menyetujui tawaran Pambudi. Ketika menjelang sampai di rumah, Nadya mengemukakan keinginan untuk bersantai hingga malam nanti.
Pambudi pun sepakat. Apalagi keesokan harinya kalender merah. Sesampai di rumahnya, Nadya mempersilakan Pambudi masuk rumah sementara sopir pribadi Pambudi diminta memasukkan mobilnya ke garasi. Setelah itu, Nadya memohon agar mereka berdua mengantarnya ke suatu tempat untuk menghilangkan dukanya hingga malam nanti.
Tempat yang Tenang
Pambudi meminta sopirnya mengantarkan ke suatu tempat  indah yang belum diketahuinya. Pambudi juga kangen menikmati suasana malam hari di tanah air setelah sekian lama berada di luar negeri.
Nadya meminta Pambudi untuk berjanji tidak melakukan sesuatu yang merugikan mereka karena itu Nadya meminta sopirnya ikut mengawal. Nadya takut jika Pambudi yang sudah sekian tahun di luar negeri melakukan hal yang tidak diinginkan.
Mereka bertiga berada di suatu tempat nyaman, dengan alunan musik klasik yang mendayu-dayu. Daerah pegunungan dengan lampu berkelap-kelip di berbagai tempat itu menyajikan pemandangan malam yang sangat alami. Bakso bakar, jagung bakar, dan roti bakar yang mereka pesan cukup menghangatkan suasana.
Di situlah Pambudi menceritakan bagaimana kehidupannya di luar negeri. Dia hanya berfokus pada kuliah dan ingin segera kembali ke tanah air. Tidak satu pun gadis bule yang singgah di hati karena dia sudah mengalami patah hati akut.
Kehidupan dijalaninya dengan biasa saja tanpa pernak-pernik cinta seperti yang dibayangkan Nadya. Hingga waktunya tiba, dia harus pulang ke tanah air. Sekalipun keluarga selalu menanyakan padanya, "Kapan kawin?" hanya dijawab dengan seulas senyum simpul.
"Tuhan belum mempertemukan tulang rusukku!" jawabnya singkat saja kepada siapa pun yang bertanya di usia yang sudah 34 tahun ini.
Giliran Nadya menceritakan kehidupannya. Pambudi terbelalak ketika diberitahukan bahwa malam ini kemenakan sekaligus madunya sedang menunggu kelahiran putra pertama suaminya. Vivi sedang berada di rumah sakit bersalin ditunggui suaminya dan dia tidak ingin melibatkan diri dalam situasi bahagia si suami itu.
Nadya ingin menjauh agar mereka berdua merasakan sensasi kelahiran buah cinta mereka. Itu saja. Karena itu, Nadya meminta menemaninya untuk tidak tinggal di rumah malam ini. Nadya berterima kasih untuk kesempatan berbagi duka sehingga malam  ini dia boleh sedikit plong karena rahasia hidupnya sudah terbongkar. Nadya memohon maaf telah melibatkan Pambudi untuk membawanya ke tempat ini.