Hikmah Musibah
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Dua belas halaman kalender hampir habis. Tinggal lembar terakhir saja. Puji syukur ke hadirat Allah Yang Mahakuasa dan Mahakasih, yang telah memberkati sepanjang perjalanan hidup kita masing-masing.
Khusus dalam dunia yang kugeluti tiga tahun terakhir, kurasa surprise belaka yang kuperoleh. Mengikuti tantangan demi tantangan dalam dunia literasi tahun 2023 ini dengan hasil luar biasa. Kurasa semua adalah aliran berkat-Nya semata. Setidaknya, tiga novel bisa terbit ber-ISBN dan beberapa antologi siap di tangan. Bahkan, satu cerpen tembus sebagai juara dua se-Asean dengan hadiah fantastis. Bahkan, selama tiga tahun tepat berliterasi aktif, Allah berkenan menghadiahkan 23 buku tunggal ber-ISBN dan 145 judul buku antologi berbagai genre. Pencapaian drastis setelah vakum beberapa tahun menulis karena kesibukan berdinas. Namun, ada satu momen yang sangat menggores di hati dan membuat sejenak menoleh untuk mendongak menatap masa depan.
Jika mengingat filosofi anak panah dan busurnya, akan kita sadari sejenak tentang tindakan sang pemanah. Anak panah yang siap itu akan ditarik mundur dari busur sedemikian rupa. Kemudian, direntang kuat-kuat, dan dengan fokus paripurna siap dilentingkan jauh ke depan.
Nah, beranalogi dari hal di atas, demikian pulalah kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Adakalanya harus ditarik ulur mundur agar bisa melenting tak terukur. Suka dan duka pun diberikan-Nya silih berganti. Akan tetapi, pasti akan tetap diselaraskan dan diseimbangkan-Nya, seperti pada lirik lagu bertajuk "Kekuatan serta Penghiburan" berikut.
KJ 332 -- Kekuatan serta Penghiburan
Kekuatan serta penghiburan diberikan Tuhan padaku
Tiap hari aku dibimbing-Nya; tiap jam dihibur hatiku
Dan sesuai dengan hikmat Tuhan 'ku dib'rikan apa yang perlu
Suka dan derita bergantian memperkuat imanku
Tiap hari Tuhan besertaku, diberi rahmat-Nya tiap jam
Diangkat-Nya bila aku jatuh, dihalau-Nya musuhku kejam
Yang nama-Nya Raja Mahakuasa, Bapa yang kekal dan abadi
Mengimbangi duka dengan suka dan menghibur yang sedih
Awal Agustus, tepatnya tanggal 10 sekitar pukul 7 pagi setelah aku keluar dari kamar mandi dan masih berpiyama handuk. Terjadi insiden yang tak akan terlupakan di tahun 2023 ini. Sungguh, Tuhan berkarya secara luar biasa di dalam hidupku dan terkhusus keluarga kecilku.
***
"Tenang, Ma. Jangan khawatir. Uang Mama yang hilang akan kuganti dan kukembalikan, tapi Mama yang sehat, ya!"
Jawaban menenangkan dan menentramkan ini masih belum sanggup menghentikan tangis penyesalanku. Gemetar, kecewa, malu, kesal, menyesal, berpadu menjadi satu. Sungguh suatu kejahatan yang tidak kuduga sama sekali.
Awalnya, diberitakan memperoleh hadiah, rasanya senang sekali. Hadiah itu sebenarnya sepele saja, tetapi entahlah saat itu bisa membuat hatiku melambung. Kondisiku baru saja mandi, masih mengenakan piyama handuk, dan hendak berganti busana.
Oleh sistem yang sebelumnya tidak kukenal, hanya dalam waktu dua puluh menit saja, aku kehilangan seluruh tabungan yang mendekati angka lima juta. Dikatakan bahwa uang tidak hilang asal menyerahkan delapan belas juta sekian.
"Ha? Bagaimana ini?" tanyaku gemetar kepada sang mentor pemandu.
Ditegaskan bahwa aku harus berupaya mencari dana dengan cara apa pun. Aku masih belum menyadari kalau itu adalah penipuan. Setelah kukemukakan kepada sulung yang bekerja di salah sebuah bank ternama, barulah sulung memberi tahu bahwa berapa pun menyetor tunai, akan ada saja alasan. Uang tidak akan pernah kembali karena mereka adalah sindikat penipu!
"Ya, Allah!" tangis sesal gemetarku tak mampu kuhentikan.
Dana sejumlah lima jutaan itu merupakan gaji yang kutabung perlahan-lahan selama dua bulanan. Fee editing dari tiga penerbit yang selama itu kukumpulkan sedikit demi sedikit untuk menebus buku solo yang sedang kuantrekan ISBN-nya pada dua penerbit. Hilang sia-sia dalam waktu dua puluh menit saja!
"Maafkan Mama, Nak!" keluhku terbata-bata berbaur sengguk tak tertahan.
Sulung masih mengatakan dengan santai, "Nggak apa-apa, Ma. Uang dapat dicari. Yang penting Mama harus segera melapor ke kepolisian. Memang, kita tidak bisa berharap uang bisa kembali, tetapi setidaknya dengan melapor berharap kejahatan itu tidak memakan korban lagi. Lalu, Mama bisa menuliskan dan menyebarluaskan jangan sampai orang terkecoh iming-iming mereka, Ma! Jadikan pembelajaran saja!"
Ini namanya kebo nusu gudel dalam peribahasa bahasa Jawa. Kebo itu kerbau, gudel sebutan untuk anak kerbau. Sementara, nusu artinya menyusu. Secara harafiah peribahasa berbahasa Jawa itu bermakna orang yang lebih tua belajar dari yang lebih muda.
Ya, kecanggihan dunia teknologi bisa saja disalahgunakan penjahat. Kepada pengguna yang tidak seratus persen menguasai dunia teknologi, seperti aku, akan terdampak oleh cyber crime yang dilakukan para penjahat. Penipuan online lewat internet marak sebagai dampak modernisasi memang perlu dipahami oleh siapa pun sehingga tidak terjebak ke dalamnya. Dengan mengetahui dan mengenali aneka modus operandi mereka, kita bisa makin waspada melindungi asset, khususnya ketika menggunakan jasa e-banking.
Apa pun dan bagaimana pun modus penipuan tersebut harus kita kenali sehingga bisa meminimalisasi dampak negatif yang merugikan diri kita. Aku adalah salah seorang dari sekian korban karena ketidakpahaman cyber crime dan hipnotisme dengan memanfaatkan internet.
Kisah nyata tersebut kualami pada tanggal 10 Agustus 2023 silam. Peristiwa memalukan, memilukan, sekaligus mengesalkan, menyesalkan, dan mengecewakan yang tidak pernah kuduga sama sekali. Namun, ternyata ada hikmah di balik peristiwa mengharu biru hidupku itu.
Ternyata, aku dan peristiwa penipuan yang kualami tersebut bagai gaco dari sebuah target permainan, seperti halnya karambol. Disodok ke sana kemari, dibentur-benturkan sedemikian rupa dengan tujuan agar ada yang masuk ke dalam lubang eksekusi. Ada misi tersembunyi dari sang Ilahi. Ya, segala sesuatu tidak ada yang di luar kendali Allah. Kendala apa pun bisa saja digunakan-Nya sebagai saluran berkah bagi umat-Nya. Bukankah selembar daun yang jatuh pun oleh izin Allah?
Rupanya, peristiwa yang menimpaku itu merupakan ujian pula bagi sulung. Setelah dengan sabar dan berhikmat sulung menenangkanku sebagai emaknya, ternyata dia memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan selama empat purnama dalam rangka peningkatan karier. Kesempatan langka yang hanya berasal dari kasih-Nya semata, bukan?
Puji syukur kepada Allah, daun jatuh pun atas izin-Nya. Setelah melalui pendidikan, awal bulan di akhir tahun ini sulung memperoleh pemberitahuan promosi jabatan dengan menduduki kursi kedua pada kantor cabang yang ada di luar Pulau Jawa. Sungguh, suatu anugerah yang sangat istimewa bagi keluarga besar kami. Hal yang sangat tidak kami duga sama sekali.
Benar bahwa, "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia!"
Tuhan memberikan ujian berupa kegagalan dan kehilangan pada kita untuk mengajarkan hikmah di dalamnya. Harus diingat bahwa Tuhan juga tidak akan pernah salah dalam memberi keputusan, termasuk tentang kehilangan. Maka, jangan jadikan kehilangan sebuah kutukan. Justru kita mendapatkan izin-Nya untuk bertemu sebuah keberuntungan.
Harus diakui, melepaskan sesuatu yang hilang bukan perkara yang mudah. Namun, esok kita akan tahu apa hikmah yang ada di baliknya. Jika kita merelakan sesuatu dengan ikhlas, ia akan kembali pada kita meski dalam cara dan wujud yang berbeda.
Banyak pelajaran dan hikmat yang diperoleh dari sebuah musibah. Satu di antaranya agar berintrospeksi, berempati, dan bersimpati. Jika mengalami ditipu itu sakit, harusnya tidak akan pernah menipu sesama karena tahu bagaimana rasa sakit ditipu dan dikhianati. Demikian pula tidak mengolok, menghina, dan mencerca mereka yang sedang ditimpa musibah penipuan, tetapi justru menolong meski hanya dengan cara memberikan kata-kata penguatan dan penghiburan. Setidaknya, sekadar berempati kepada mereka yang mengalami hal sama. Setelah mengalami dan merasakan sendiri, bisa tepa selira. Artinya, tahu diri. Kalau orang lain mengalami, kita bisa menghayati dan membayangkan seolah diri sendiri yang mengalami.
Bahkan, kita bisa belajar dari filosofi sebatang pohon yang sedang ditebang. Setelah terluka, pohon tidak pernah menunggu permintaan maaf dari parang yang telah melukainya. Ia tetap tumbuh dari perihnya luka dan sadar bahwa saat tumbuh besar, luka itu akan mengering dan tertutup dengan sendirinya.
Tidak ada untungnya menunggu kata maaf, tetapi justru harus memaafkan. Sakit hati dan dendam yang disimpan justru hanya akan membuatnya layu. Sementara, melepaskan semua dengan maaf akan menjadikannya lebih tenang, selanjutnya membiarkan Tuhan yang bekerja memberikan hadiah buah-buahan yang terindah untuknya kelak.
Semuanya memang butuh waktu. Namun, mengikhlaskan yang sudah terjadi akan lebih baik, kemudian memulai bertumbuh dengan apa yang sedang diupayakan.
Soli deo gloria!
Malang, 13 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H