"Ha ... kuulang, ya. Aku akan mendapat rumah dinas, tetapi aku tidak mau sendiri!"
"Rumah dinas?" sergah Lisna sambil mencondongkan badan.
Bagus mengangguk-angguk sambil tersenyum.
"Masalahnya ... aku tidak mau sendiri. Nah, kamu nggak punya tujuan, 'kan?" tegas Bagus.
Lisna pun mengangguk.
"Maukah kamu menikah denganku agar kita bisa serumah?" tanya Bagus dengan kesungguhan.
"Ha ...?" Lisna heran dan bingung.
"Mau, ya? Supaya aku dan kamu berteman seumur hidup!" sambil diraihnya tangan kanan Lisna.
Bagus pun menceritakan bahwa beberapa bulan lalu tunangannya minta pisah karena mencintai pria lain. Mantan tunangannya tersebut kini sudah menikah. Bagus yang sudah tidak memiliki orang tua lagi menanggapi hal itu dengan santai saja karena dia pikir pasti Tuhan mempunyai rencana yang indah dalam kehidupannya. Hari ini, Bagus yang juga sepesawat dengan Lisna, merasakan bahwa penerbangannya diatur sedemikian rupa oleh Tuhan. Penerbangan perdana ini membawa berkah luar biasa.
Malam itu mereka berdua berikrar hendak sehidup semati. Biarlah Tuhan yang telah mempertemukan menyelipkan cinta kepada mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H