Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Rahasia

30 April 2024   10:19 Diperbarui: 30 April 2024   10:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siap, Bu!"

*** 

Sekitar dua minggu kemudian, Ayah dipanggil ke sekolah Mas Bayu. Bahkan, dijemput petugas agar mempermudah transportasi dan mempercepat kehadiran. Ibu yang sedang berada di tempat kerja pun dijemput.

Setelah dari sekolah, Ayah dan Ibu diantar pulang ke rumah. Ibu sudah izin tidak kembali ke tempat kerja. Ayah pun katanya tukar sift dengan temannya. Untunglah aku sudah selesai menjajakan daganganku sehingga sudah berada di rumah pula.

"Fem, sini sebentar!" panggil Ayah lumayan lantang.

"Ya, Ayah. Ada apa?"

"Maafkan, Ayah! Selama ini kamu menjadi sansak hidup, padahal belum tentu kamu bersalah!" kata Ayah langsung merengkuh kepalaku dan mengelusnya.

"Maafkan Ibu juga ya, Nak! Kami hanya berpikir tentang sulitnya mencari rezeki, sampai melupakan bahwa kalian pun memerlukan perhatian kami!"

Ayah dan Ibu masing-masing bergantian memelukku. Aku cukup heran, apa yang menyebabkan kedua orang tuaku berubah drastis, ya?"

"Bayu terlibat geng anak-anak nakal, bahkan sudah coba-coba menggunakan narkoba. Sekarang kasusnya sedang ditangani oleh pihak berwenang!" kata Ayah lirih sekali.

"Maafkan Bayu, Nak. Kamu menjadi sasaran kemarahan Ayah karena berada di rumah saat itu. Padahal, semua ulah Bayu," lanjut Ibu tak kalah pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun