"Iya, Bu. Saya Femi," kataku sambil mengulurkan tangan.
Kulihat ayah diam saja tak bergeming. Sinar netranya kosong memandang ke luar rumah. Entah apa yang dipikirkan.
"Mbak  sering berkomunikasi dengan Bayu?"
Aku hanya menggeleng, "Dia jarang di rumah, Bu. Memang dasarnya pendiam anaknya!" dalihku.
"Apa aktivitas Bayu yang Mbak  ketahui? Kalau sedang di rumah, maksud Ibu."
"Paling-paling dia main game di handphone-nya, Bu!"
"Apakah Bayu sering mengajak teman ke rumah?" lanjutnya.
Aku hanya menggeleng pelan.
"Apakah Ibu mencurigai Bayu? Kalau boleh tahu, misalnya Bayu nakal, jenis kenakalan yang seperti apa?" usut Ayah.
"Sekali lagi, kami belum bisa mengemukakannya saat ini, Pak. Hal itu karena  belum cukup bukti! Maka, izinkanlah kami mohon diri karena masih ada tugas lain yang harus kami selesaikan," pamitnya.
"Mbak , terima kasih ya ... minumannya sangat nikmat dan segar. Kapan-kapan Ibu boleh tanya-tanya lagi tentang minuman ini, ya?"