"Tidak mau disembur Pak Untung!" sembur Ijon.
"Ya, sudah nanti kita atur. Kalau dia lewat, kita ngumpet hingga nggak ada yang berkeliaran!" usulku.
Kami siap dengan berbagai alat perang-perangan. Ada senjata mainan, bisa pedang-pedangan, pistol-pistolan, atau sebangsanya. Wuahhh, membayangkan saja terasa luar biasa.
"Jangan lupa kita pakai topi daun nangka!" pesan Kamal.
"Bagus juga kalau muka kita dicoreng-moreng layaknya tentara latihan perang!" usulku.
"Ahahaha ... cocok, pasti makin seru!" sambut Ijon.
Sore  itu banyak tetangga yang terburu-buru mendatangai rumah Pak Untung yang berada di ujung kompleks. Bahkan, ada yang melarang kami bermain.
"Apa hubungannya?" tanya Sarman.
"Ayooo buyaaarrr! Jangan bermain! Pulang semua!" hardik seorang security.
"Yang suka nyembur tak datang, kini dihalau Satpam!" teriak Ubay.
 Terdengar pengumuman dari masjid seseorang telah meninggal dunia dan akan segera dimakamkan malam hari ini juga. Kami antusias mengapa pemakaman dilaksanakan malam hari sehingga berinisiatif untuk ikut menghadiri.