Beberapa alasan kami lontarkan membuat beliau meninggalkan kami sambil ber- uhhh saja. Ya, meskipun cerewet beliau tidak pernah menggunakan tangan untuk menyakiti kami. Kalau menghardik dan melotot sih sudah kebiasaan. Maka, kami sering menyebut dan menjuluki sebagai sosok menyebalkan!Â
Agak sedikit malam, Bi Ijah memintaku mengantar camilan buat Bapak-bapak di Pos Jaga, di ujung kompleks.
"Ya, beliau memang tidak mau membuka rahasia masa lalu. Katanya, suatu saat pasti masyarakat akan tahu!" ujar salah satu petugas yang di situ.
"Siapa yang jadi bahan gosip, nih! Bapak-bapak pun suka bergosip loh kalau sedang ngeronda!" batinku.
"Konon beliau orang besar, tetapi tidak mau menyombongkan diri," ujar Pak Burhan menimpali.
"Oh, begitu. Kabarnya putranya berhasil, tetapi kok nggak pernah berkunjung kemari, ya?" Â tambah Pak Hamid.
"Ya, begitulah. Kesibukan mengalahkan segalanya. Bakti kepada orang tua terlupakan karena kesibukan!" urai salah seorang yang lain.
Sayang sekali, Bi Ijah mengajak pergi, aku pun tidak bisa mengikuti obrolan mereka.
Kami malam nanti berencana hendak bermain bersama.
"Kita harus buyar sebelum magrib!" kata Sulaiman.
"Kan masih bulan purnama?" timpalku.