Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 171 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Singgah untuk Minum

24 April 2024   13:08 Diperbarui: 24 April 2024   13:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini kejahatan kian merajalela bukan hanya menimpa para musafir, melainkan juga yang tidak sedang bepergian. Perampokan toko emas, nasabah bank, dan rumah kosong menjadi topik tiap hari. Bahkan berbagai tipuan mengatasnamakan pembagian hadiah gratis, atau kerja part timer di dunia virtual, ternyata merupakan sindikat penipu yang membodohi dan menguras dana korban.

Implikasinya, selalu waspada dan berusaha meminimalisasi terjadinya kejahatan dengan meminta dukungan pihak kepolisian. Memang, musibah bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Namun, antisipasi masih relevan kita lakukan agar keselamatan dan keamanan diri terjaga secara prima.

Sejak dulu, para orang tua juga menasihatkan bahwa hidup ini bagaikan musafir yang singgah minum. Kita sebagai musafir dan sekaligus pemudik! Ya, mau tidak mau harus bersiap 'pulang' kembali ke kekekalan. Hidup di dunia ini Hania sementara waktu saja bagaikan sedang singgah untuk minum.

Perjalanan panjang masih akan dilakukan kembali, entah di dunia yang seperti apa. Untuk itu, jika kita mengingat bahwa suatu saat kita pasti 'pulang' kembali kepada Sang Pencipta dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan di dunia ini, ada baiknya kita segera berbenah diri.

Barangkali di tengah perjalanan hidup ini kita pun berlaku curang dan culas sehingga merugikan sesama. Barangkali pula kita belum memberikan sebagian bekal kita kepada sesama saat sesama kelaparan di perjalanan. Atau mungkin kita malah mencelakakan dan mengorbankan sesama kita?

Barangkali ada baiknya kita menengok ke belakang sejenak, kalau-kalau masih ada yang perlu kita benahi. Barangkali kita harus mengatur ulang persiapan perbekalan kerohanian agar kelak kita sampai pada terminal terakhir.Mari kita berintrospeksi: adakah kita sebagai musafir yang berjalan secara bijak?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun