Akhir-akhir ini kejahatan kian merajalela bukan hanya menimpa para musafir, melainkan juga yang tidak sedang bepergian. Perampokan toko emas, nasabah bank, dan rumah kosong menjadi topik tiap hari. Bahkan berbagai tipuan mengatasnamakan pembagian hadiah gratis, atau kerja part timer di dunia virtual, ternyata merupakan sindikat penipu yang membodohi dan menguras dana korban.
Implikasinya, selalu waspada dan berusaha meminimalisasi terjadinya kejahatan dengan meminta dukungan pihak kepolisian. Memang, musibah bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Namun, antisipasi masih relevan kita lakukan agar keselamatan dan keamanan diri terjaga secara prima.
Sejak dulu, para orang tua juga menasihatkan bahwa hidup ini bagaikan musafir yang singgah minum. Kita sebagai musafir dan sekaligus pemudik! Ya, mau tidak mau harus bersiap 'pulang' kembali ke kekekalan. Hidup di dunia ini Hania sementara waktu saja bagaikan sedang singgah untuk minum.
Perjalanan panjang masih akan dilakukan kembali, entah di dunia yang seperti apa. Untuk itu, jika kita mengingat bahwa suatu saat kita pasti 'pulang' kembali kepada Sang Pencipta dan harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan di dunia ini, ada baiknya kita segera berbenah diri.
Barangkali di tengah perjalanan hidup ini kita pun berlaku curang dan culas sehingga merugikan sesama. Barangkali pula kita belum memberikan sebagian bekal kita kepada sesama saat sesama kelaparan di perjalanan. Atau mungkin kita malah mencelakakan dan mengorbankan sesama kita?
Barangkali ada baiknya kita menengok ke belakang sejenak, kalau-kalau masih ada yang perlu kita benahi. Barangkali kita harus mengatur ulang persiapan perbekalan kerohanian agar kelak kita sampai pada terminal terakhir.Mari kita berintrospeksi: adakah kita sebagai musafir yang berjalan secara bijak? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H