Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Lagu dalam Pembelajaran

21 April 2024   18:02 Diperbarui: 21 April 2024   18:19 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemanfaatan Lagu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 

(Izinkan mengopi sebagian tesis yang penulis buat akhir tahun 1999. Oleh karena itu, referensi yang digunakan mungkin kurang pas untuk saat ini. Maklum sudah 25 tahun silam.) 

 

Permainan dan musik dipercaya dapat memberikan sugesti dalam upaya menumbuhkembangkan bahasa seorang anak. Di samping itu, penggunaan nyanyian merupakan jalan pintas untuk mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran berbahasa. Musik  dan gerak, merupakan cara alami anak-anak belajar berbahasa di luar kelas.

Prinsip learning by doing terutama di sekolah dasar kelas awal masih perlu diterapkan kembali secara tepat. Di sisi lain, terkait  dengan prinsip ini Parera (1996) juga menegaskan bahwa belajar bahasa pun pada hakikatnya menekankan perbuatan, yakni perbuatan berkomunikasi sehingga prinsip learning by doing ini sangat sesuai dalam pembelajaran.

Kecenderungan penggunaan lagu dalam pembelajaran bahasa baru tampak menonjol sekitar  tahun 1987. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya penggunaan lagu oleh guru bahasa sekadar hadiah untuk menghilangkan kejenuhan, kelelahan bagi guru dan siswa setelah seminggu belajar secara aktif.

Kemudian disadari bahwa penggunaan lagu secara terprogram, sistematis, dan metodis dalam proses pembelajaran dapat memperoleh hasil belajar dan hasil pengiringnya yang lebih baik (Murphey, 1990). 

Melihat kenyataan itu, selanjutnya, nyanyian atau lagu dimanfaatkan guru untuk menarik minat dan membentuk semangat belajar berkelompok (bersosialisasi) siswa. 

Oleh sebab itu, pada tahun-tahun berikutnya, lagu atau nyanyian sudah banyak digunakan sebagai sarana dan sumber belajar bahasa di sekolah-sekolah tingkat dasar.

Berdasarkan  pengalaman empiris beberapa guru bahasa, penggunaan lagu ternyata sangat membantu kelangsungan pengajaran bahasa. Kuryatnikova (1991) menegaskan bahwa nyanyian atau menyanyi dapat membantu kegiatan pembelajaran bahasa. Sebab, nyanyian sebagai materi pembelajaran dapat disajikan dalam berbagai variasi sehingga dapat menghidupkan suasana kelas. Di samping itu, penggunaan nyanyian sebagai sumber materi pembelajaran dapat membentuk suasana belajar sesuai dengan penggunaan  bahasa secara alamiah.

Pengalaman yang sama dilaporkan pula oleh Regina Lo (1998). Dikatakan  bahwa peran penting nyanyian sebagai sumber materi pembelajaran bahasa adalah dapat memotivasi dan meningkatkan keterlibatan siswa secara sempurna. Nyanyian dapat mengubah kegiatan kelas yang bersifat rutin menjadi kegiatan kelas yang dapat membangkitkan dan mengembangkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis siswa. 

Kelebihan lain, nyanyian juga dapat mempermudah siswa mempelajari berbagai lapis unsur bahasa dan nonbahasa, seperti kosakata, bentukan kata, bentukan frase, bentukan kalimat, pola-pola kalimat; intonasi, irama, jeda, dan sebagainya.

Pernyataan ini diakui oleh para praktisi pendidikan bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan lagu atau nyanyian, sebagai sarana dan  sumber materi pembelajaran bahasa di sekolah dasar memiliki fungsi strategis, baik dalam peningkatan kualitas pengelolaan kelas maupun dalam upaya meningkatkan motivasi, membangkitkan, dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan berbahasa siswa.

Selain merupakan salah satu cara untuk membuat jiwa bebas, menyanyi juga  dapat memudahkan pengekspresian pribadi. Lagu anak-anak yang dipakai sebagai sarana belajar dapat difungsikan untuk mendorong siswa mengekspresikan atau memaklumkan keberadaan dirinya pada teman-temannya. 

Dengan melakukan aktivitas menyanyi, secara tidak disadari siswa telah mengekspresikan dirinya. Hal ini mengandung arti bahwa secara tidak disadari mereka mempelajari bahasa, diri mereka, dan dunia mereka, sehingga dapat diperoleh seperangkat skemata dan sekaligus membentuk kepribadian dengan bahasanya sendiri. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan pengetahuan umum, pengetahuan berbahasa, keterampilan bahasa, dan pembentukan kepribadian siswa sekolah dasar dapat ditumbuhkembangkan melalui penggunaan nyanyian atau lagu anak, sebagai sarana dan sumber belajar bahasa.

Penggunaan lagu dalam pembelajaran berbicara dikemukakan beberapa ahli seperti berikut. Chenfeld (1978) dan Jamalus (1988) menyatakan bahwa bernyanyi sebagai salah satu kegiatan berbahasa amat penting, menarik, dan dapat mengemban fungsi estetika, etika, pedagogis, dan imajinatif. 

Dalam pembelajaran berbicara, nyanyian dapat difungsikan sebagai sarana berlatih mengolah vokal untuk mengoptimalkan fungsi pita suara dan alat artikulasi. Hal itu amat penting dalam kegiatan berbahasa lisan. Albert dan Murphey (dalam Murphey, 1990) menyatakan, di samping memiliki fungsi yang efektif sebagai sarana berlatih dan belajar, nyanyian juga sangat potensial untuk pengembangan segi afektif dalam berkomunikasi.  

Bernyanyi merupakan kegiatan yang digemari. Secara psikologis, sesuatu yang digemari atau disenangi menimbulkan motivasi untuk mempelajari dan memilikinya, serta dapat dengan mudah mengingat-ingat kembali (rekognitif) kapan saja diperlukan. Apabila pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang digemari, pembelajaran itu semakin memikat, sehingga pada akhirnya mampu memacu dan memicu keberhasilan pembelajaran. 

Pembelajaran bahasa, khusus pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah dasar,  jika dikaitkan dengan bernyanyi (lagu anak-anak) diprediksikan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Nyanyian atau lagu anak-anak dapat digunakan sebagai sarana dan sumber materi pembelajaran berbicara.

Lagu  anak-anak dapat mengemban beberapa fungsi sehingga dapat digunakan sebagai sarana dan sumber materi pembelajaran berbahasa di sekolah dasar. Dobson (dalam Pratiwi, 1984) menyebutkan lagu anak-anak termasuk ke dalam salah satu kelompok 'permainan bahasa'. Oleh sebab itu, penggunaan lagu anak-anak sebagai sarana pembelajaran berbicara memiliki beberapa keuntungan: (1) tidak memerlukan banyak waktu untuk menyiapkannya karena lagu anak-anak cukup tersedia dalam berbagai media, baik dalam media cetak maupun dalam media elektronik, (2) mudah digunakan, meskipun demikian anak perlu mendapatkan latihan intelektual yang memadai, (3) cukup pendek sehingga mencukupi waktu yang tersedia, (4) mampu menghibur anak-anak yang sudah jemu dan mulai payah, tetapi dapat  dikontrol sehingga tidak mengarah pada keadaan yang kacau, dan (5) tidak memerlukan banyak waktu untuk menilai hasilnya.

Lagu anak-anak juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber materi pembelajaran berbicara di sekolah dasar. Lirik lagu, termasuk lirik lagu anak-anak kaya dengan pesan, pengalaman, imajinasi, dan cita-cita penyairnya. Lirik lagu digubah dengan kata-kata terpilih dan tersusun secara apik sehingga dapat menggugah perasaan pendengar. Dilihat dari segi bahasa, lirik lagu mengandung berbagai lapis unsur bahasa: kosakata, bentukan kata, bentukan kalimat, dan wacana, serta maknanya. 

Oleh sebab itu, lagu dapat dimanfaatkan sebagai sumber penyusunan materi pembelajaran kosakata, bentukan kata, bentukan kalimat, dan wacana, serta makna berbagai lapis unsur bahasa tersebut. Hoffer (1984) menjelaskan, lagu anak-anak selain dapat mengembangkan minat, siswa dapat belajar berbahasa (kosa kata, tatabahasa, intonasi/pelafalan fonem) dengan perasaan bebas, senang, tanpa rasa tertekan.

Dalam artikelnya yang berjudul Developing Speech Habits with the Help of Song, Orlova (1997) menganggap lagu sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran fonetik, tatabahasa, atau untuk memperkaya kosakata siswa. 

Lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran bahasa, dan dapat pula menjadi pendorong aktivitas percakapan (berbicara) di dalam kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lagu anak-anak dapat digunakan sebagai sumber materi pembelajaran dan sebagai sarana pelatihan berbicara. 

Pelatihan berbahasa dapat lebih mudah dilakukan karena siswa memiliki kecenderungan untuk menyanyikan lagu tersebut secara tepat, sesuai dengan irama atau nada lagu tersebut. Kecenderungan tersebut memberi peluang untuk melatih siswa berbicara secara tepat.

Penggunaan lagu sebagai sarana dan sumber pembelajaran berbicara memiliki beberapa manfaat tambahan. McDonald (1984) menjelaskan, lagu dan musik secara efektif dapat mencairkan/menghilangkan hambatan dalam latihan berbicara. Pendapat tersebut didukung  Maley (1987). Menurutnya, lagu memiliki irama dan pola tekanan yang diulang-ulang secara teratur sehingga akan membentuk kebiasaan berbicara dan memberikan fasilitas akan pencapaian atau pemerolehan keterampilan berbahasa. Aktivitas pembelajaran seperti itu lebih baik daripada sistem drill  yang  seringkali menjemukan, kurang memiliki daya tarik, dan kaku. Manfaat lain menurut Maley, lagu-lagu (dan puisi) dapat dijadikan atau dapat berperan sebagai pembangkit stimulus dan pemancing respons untuk segala kegiatan. Perwujudannya dapat dilakukan dengan bermain peran, kerja kelompok, dan penulisan kreatif.

Sama dengan karya sastra yang lain, lagu anak-anak memiliki tema yang pada umumnya berhubungan dengan kehidupan manusia (Maley, 1987). Untuk kepentingan pembelajaran berbicara, tema lagu-lagu  yang dipilih untuk sumber materi pembelajaran berbicara dapat dikembangkan ke dalam kegiatan yang lebih luas, seperti kegiatan tanya jawab, diskusi, sumbang saran, memparafrase, dan memprosakan isi lagu secara lisan atau tulisan. Hal ini berarti, pemanfaatan lagu anak-anak dalam pembelajaran berbicara memiliki fungsi strategis dan sangat bermanfaat untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, Supriyadi (1997) menyarankan perlunya memasyarakatkan pengetahuan tentang manfaat penggunaan musik/syair lagu dalam pembelajaran bahasa.

Lagu Anak-anak  dalam  Memotivasi Pembelajaran Berbicara

Perihal motivasi telah diuraikan antara lain bahwa dalam pembelajaran, motivasi merupakan faktor psikologis yang sangat penting, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran. Sebagai faktor psikologis, motivasi merupakan energi penggerak dan pengarah aktivitas belajar pada tujuan belajar. Tinggi rendah motivasi ini dapat dilihat melalui fenomena dan performansi yang ditunjukkan oleh siswa. Performansi yang ditunjukkan oleh siswa yang memiliki motivasi tinggi, antara lain mengikuti pembelajaran dengan bersemangat, bergairah, antusias, dan senang.

Siswa usia sekolah dasar sedang mengalami masa menyenangi lagu anak-anak. (Dobson dalam Pratiwi, 1984; Jordan dan Mackay dalam Murphey, 1990). Oleh karena itu, penggunaan lagu anak-anak dalam pembelajaran dapat menimbulkan nuansa pembelajaran yang menyenangkan. Woodworth (dalam Purwanto, 1985) menyatakan bahwa sesuatu yang disenangi mendorong seseorang untuk mendekati/mencapainya. Artinya, sesuatu yang disenangi dapat mendorong munculnya motivasi. Lagu anak-anak disenangi oleh siswa, karena itu penggunaan lagu anak-anak dalam pembelajaran dapat menimbulkan suasana menyenangkan; dan pada akhirnya melalui suasana demikian  diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Dalam pembelajaran berbicara, siswa memiliki hambatan psikologis, yakni adanya rasa malu, rendah diri, dan takut. Hambatan ini dapat diatasi dan dicairkan melalui penggunaan lagu anak-anak. Karena itu, penggunaan lagu anak-anak dalam pembelajaran berbicara memiliki manfaat ganda. Di samping disukai sehingga siswa merasa senang, memenuhi kebutuhan akademis dan psikologis, lagu anak-anak tersebut dapat membantu memperbaiki strategi pengelolaan kelas, khususnya dalam rangka mengatasi kendala wicara yang dialami siswa.  

Hal ini sesuai dengan pendapat Regina Lo (1998), Orlova (1997), dan McDonald (1984). Mereka menegaskan bahwa lagu anak-anak dalam pembelajaran bahasa dapat memotivasi dan meningkatkan keterlibatan siswa secara sempurna dan dapat mencairkan hambatan berbicara. Dengan demikian, lagu anak-anak sebagai materi dan sekaligus sebagai media pembelajaran dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, dan secara khusus meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berlatih berbicara.

Karya seni dapat digunakan sebagai media mendidik anak-anak (Simbiak, 1993). Berbeda dengan media lain, karya seni dapat memenuhi beberapa kebutuhan manusia; kebutuhan batiniah, peningkatan daya pikir, pengetahuan, dan rasa kemanusiaan, dan pembentukan sikap manusia. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain dapat terpenuhi oleh lagu. Keindahan dalam lagu diwujudkan dengan alunan suara, bahasa terpilih, gerak, dan sentuhan lainnya (Kuswarsantyo, 1996). Karya seni, termasuk lagu, berorientasi kepada proses dan mengarah kepada creative thinking. Penggunaannya akan dapat mempermudah peningkatan kecerdasan anak-anak (Mistaram, 1995).

 Oleh karena lirik lagu digubah dengan bahasa, penggunaan dan pemahaman lirik lagu sekaligus berhubungan dengan penggunaan dan pemahaman bahasa. Lagu digubah untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan, sikap, dan imajinasi penyairnya mengenai manusia dengan segala seluk-beluk kehidupannya. Pemahaman makna pesan atau isi lagu tersebut dapat membuat manusia lebih humanioris, semakin bertenggang rasa, penuh cinta dan solidaritas. Sudharsono (1991) menyatakan peran seni musik sangat penting dalam mengembangkan segi afektif anak.

Dikaitkan dengan tujuan pendidikan secara umum, peran seni musik secara konkret dapat dijabarkan sebagai sarana pembentukan manusia Indonesia seutuhnya dengan cara memupuk rasa kebanggaan dan ketahanan nasional. Pembentukan sikap tersebut sangat penting untuk menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang bersifat negatif. 

Selanjutnya, menurut Wolff (1978) penggunaan karya seni dalam program pembelajaran secara khusus dapat memotivasi anak-anak untuk mempelajari semua pelajaran dan menolong mereka untuk memahami dan menyenangi proses belajar. Wolff mendasari pernyataan itu pada teori transfer belajar, yakni penghayatan akan sesuatu secara mendalam dapat mendorong seseorang melakukan hal lain yang sesuai dengan yang dihayatinya. 

Dalam hal ini, Snelbecker (dalam Simbiak, 1993) juga menyatakan demikian. Dicontohkan, seorang pemain skat es akan lebih cepat bermain sepatu roda;  seorang pengetik akan lebih cepat bermain piano. Dianalogikan dengan seorang pengangkat berat yang memperkuat otot-otot tangannya tidak hanya digunakan untuk mengangkat berat, tetapi juga dapat digunakan pada kegiatan fisik lain. Snelbecker berasumsi bahwa bagian-bagian dari otak dapat dikuatkan, seperti halnya otot-otot yang dikuatkan melalui latihan. Bila otak dikuatkan dengan aktivitas-aktivitas mental yang memiliki tingkat kesulitan yang sesuai, otak akan menjadi kuat untuk melakukan yang terbaik dalam peningkatan intelektual.

Tentang transfer belajar, Gagne (1977) bertolak dari segi kognitif sebagai proses internal yang dapat digunakan untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir. Bila pembelajar meningkatkan strategi-strategi belajar atau salah satu strategi kognitif, strategi itu dapat diterapkan pada proses belajar pada subjek (pelajaran) yang lain, tanpa memperhatikan konten. Dalam pernyataan ini, Gagne bermaksud meningkatkan strategi kognitif sebagai alat transfer belajar.

Lagu anak-anak dalam konteks transfer belajar dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan perhatian atau konsentrasi, mengingat, dan  berpikir ketika sedang belajar. Mitzel (dalam Simbiak, 1993) dalam beberapa penelitian yang terkait dengan transfer belajar dan pengaruh seni musik dalam proses belajar secara umum berkesimpulan bahwa penggunaan lagu dapat meningkatkan respek anak-anak terhadap pengembangan bahasa, kesiapan membaca, memiliki sikap positif terhadap belajar, kreatif, dapat menemukan konsep diri, dapat bersosialisasi, dan dapat membangkitkan aktivitas-aktivitas fisiknya. 

Bernyanyi dalam kehidupan anak sehari-hari dapat diidentikkan dengan bermain. Whiterington (1984), menyatakan bermain bagi anak-anak adalah suatu aktivitas spontan yang timbul dari dorongan fungsi-fungsi badan yang normal. Aktivitas itu digunakan anak-anak untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, walaupun mereka sendiri tidak menyadari makna bermain itu. Salah satu unsur penting di dalam bermain adalah terciptanya suasana gembira. Unsur inilah yang mendorong anak untuk bermain atau melakukan sesuatu kegiatan.

Belajar dalam suasana gembira akan lebih berhasil daripada belajar di bawah otoritas guru. Skinner (1958) menyatakan bahwa kegagalan anak-anak di sekolah lebih dominan berasal dari gangguan emosi, seperti rasa takut, marah, dan frustasi. Keadaan seperti ini terjadi dalam diri anak jika mereka secara terus-menerus berada di bawah otoritas guru atau peraturan-peraturan belajar yang mengikatnya. Menurut Morison dan Perry (dalam Simbiak, 1993) penggunaan seni musik diperlukan untuk menolong anak-anak bebas dari ketegangan. 

Selanjutnya, ditegaskan pula bahwa siswa/anak memerlukan musik sebagai cara untuk menyalurkan energi dan menyatakan jiwanya. Siswa memerlukan musik yang riang dan dramatis, karena dengan musik ini siswa memperoleh kesenangan, kepuasan, dan motivasi untuk belajar. Musik juga memberikan pengalaman yang sesuai dengan fisik, mental, emosi, dan kebutuhan sosial siswa/anak. Karenanya, tidak mengherankan bila para pakar pendidikan anak seperti Rouseau, Pestalozzi dan Frobel berpandangan bahwa dengan kebebasan dan kegembiraan anak-anak dapat mengembangkan diri mereka. Oleh sebab itulah, maka prinsip-prinsip bermain dan gembira menjadi dasar pendirian lembaga-lembaga pendidikan  prasekolah.

Spontanitas anak-anak untuk bernyanyi menandai adanya minat dalam diri anak-anak. Harris dan Smith (dalam Simbiak, 1993) mengemukakan bahwa minat merupakan potensi yang dimiliki anak-anak dan merupakan komponen yang sangat mendasar dalam peningkatan hasil belajar. Kehadiran anak ke sekolah merupakan indikasi nyata adanya minat belajar. Tugas guru di sekolah adalah membangkitkan minat yang dimiliki anak dan didayagunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan pembelajaran.

Sehubungan dengan tugas guru untuk membangkitkan minat ini, pendapat Parera (1996) cukup relevan dan representatif. Ia mengatakan bahwa pembelajaran harus menyenangkan siswa; untuk itu guru harus memperhatikan kebutuhan dan minat (interest) siswa. Hoffer (1984) mengemukakan bahwa nyanyian atau lagu mampu mengembangkan minat belajar bahasa, sehingga siswa terhindar dari perasaan tertekan. Menurut Logan dan Logan (1967) siswa membutuhkan petualangan kreatif untuk belajar dan menemukan (discovery), sebagai kebutuhan psikologis dan akademis. 

Di sisi lain, Finn (1993) menyatakan bahwa komponen penting dalam pembelajaran efektif adalah meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Cara meningkatkan keinginan siswa untuk belajar berbahasa, termasuk berbicara, adalah mengaitkan pembelajaran dengan kegiatan yang diminati. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang memenuhi kebutuhan psikologis dan akademis serta sesuai dengan minat siswa, diprediksi akan menyenangkan siswa. Bernyanyi merupakan aktivitas menyenangkan dan dapat membangkitkan minat siswa, oleh karena itu hendaknya digunakan oleh guru untuk membangun minat berbicara.

Minat terkait dengan konsentrasi dan perhatian. Winkel (1989) memberikan batasan tentang konsentrasi sebagai aktivitas pemusatan tenaga dan energi psikis terhadap suatu objek. Sedangkan perhatian merupakan kegiatan mental yang ditujukan kepada objek, orang atau pikiran dan perasaan orang itu sendiri (Crow dan Crow dalam Simbiak, 1993). 

Dengan demikian, mengembangkan minat anak didik dalam proses belajar berarti mengarahkan pikiran, pandangan, sikap, dan mental anak didik mempersiapkan diri menghadapi suara tertentu, rupa tertentu atau rangsangan tertentu. Ketika guru menyebutkan sebuah lagu untuk dinyanyikan, anak-anak akan berusaha untuk mengingat kembali lirik dan syair lagu yang disebutkan guru. Proses mengingat itu terjadi seperti alur pengolahan informasi dalam proses transfer belajar yang dijelaskan di atas. Selama bernyanyi, konsentrasi akan terus bekerja sehingga setiap kata, kalimat dan syair lagu akan terucap dengan benar. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dianalogikan bahwa konsentrasi atau perhatian yang terjadi dalam kegiatan bernyanyi dapat dialihkan ke dalam proses berbicara.

Aspek psikologis lainnya yang turut berperan dalam proses pembelajaran adalah aspek afektif. Penggunaan lirik lagu anak-anak sebagai sumber materi pembelajaran akan berdampak positif terhadap pembentukan sikap berbahasa Indonesia. Mereka akan menyadari bahwa bahasa Indonesia digunakan dalam segala aktivitas kehidupan. Simpulan penelitian Johannes Brahms dan Boyle (dalam Simbiak, 1993) menjelaskan bahwa ritme atau irama lagu memengaruhi emosi manusia.  Buktinya, jika orang mendengar lagu, kakinya tergerak-gerak atau kepalanya mengangguk-angguk. Boyle dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa menggerak-gerakkan kaki dan mengangguk-anggukkan kepala menandai seseorang sedang berada dalam suasana gembira.

Performansi lain yang juga terlihat pada seseorang yang mendengar lagu yaitu ikut bernyanyi bilamana lagu yang didengar itu sudah diketahuinya. Performansi itu diwujudkan melalui suara nyaring atau suara dalam hati. Performansi seperti itu juga dapat diidentifikasi pada anak-anak ketika mendengar lagu dan hal itu mengindikasikan bahwa anak-anak menyukai suasana gembira. 

Melihat besarnya pengaruh seni musik dalam membangkitkan minat seseorang maka penggunaannya diperlukan untuk mengawali atau melangsungkan proses pembelajaran yang menghendaki suasana gembira, diperlukan sebagai penggerak dan pemelihara minat. Dalam penelitian ini, suasana seperti itu sangat diperlukan dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar dan diprediksi dapat diciptakan dengan menggunakan lagu anak-anak dalam proses pembelajarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun