Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Lagu dalam Pembelajaran

21 April 2024   18:02 Diperbarui: 21 April 2024   18:19 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selanjutnya, ditegaskan pula bahwa siswa/anak memerlukan musik sebagai cara untuk menyalurkan energi dan menyatakan jiwanya. Siswa memerlukan musik yang riang dan dramatis, karena dengan musik ini siswa memperoleh kesenangan, kepuasan, dan motivasi untuk belajar. Musik juga memberikan pengalaman yang sesuai dengan fisik, mental, emosi, dan kebutuhan sosial siswa/anak. Karenanya, tidak mengherankan bila para pakar pendidikan anak seperti Rouseau, Pestalozzi dan Frobel berpandangan bahwa dengan kebebasan dan kegembiraan anak-anak dapat mengembangkan diri mereka. Oleh sebab itulah, maka prinsip-prinsip bermain dan gembira menjadi dasar pendirian lembaga-lembaga pendidikan  prasekolah.

Spontanitas anak-anak untuk bernyanyi menandai adanya minat dalam diri anak-anak. Harris dan Smith (dalam Simbiak, 1993) mengemukakan bahwa minat merupakan potensi yang dimiliki anak-anak dan merupakan komponen yang sangat mendasar dalam peningkatan hasil belajar. Kehadiran anak ke sekolah merupakan indikasi nyata adanya minat belajar. Tugas guru di sekolah adalah membangkitkan minat yang dimiliki anak dan didayagunakan semaksimal mungkin untuk kepentingan pembelajaran.

Sehubungan dengan tugas guru untuk membangkitkan minat ini, pendapat Parera (1996) cukup relevan dan representatif. Ia mengatakan bahwa pembelajaran harus menyenangkan siswa; untuk itu guru harus memperhatikan kebutuhan dan minat (interest) siswa. Hoffer (1984) mengemukakan bahwa nyanyian atau lagu mampu mengembangkan minat belajar bahasa, sehingga siswa terhindar dari perasaan tertekan. Menurut Logan dan Logan (1967) siswa membutuhkan petualangan kreatif untuk belajar dan menemukan (discovery), sebagai kebutuhan psikologis dan akademis. 

Di sisi lain, Finn (1993) menyatakan bahwa komponen penting dalam pembelajaran efektif adalah meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Cara meningkatkan keinginan siswa untuk belajar berbahasa, termasuk berbicara, adalah mengaitkan pembelajaran dengan kegiatan yang diminati. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang memenuhi kebutuhan psikologis dan akademis serta sesuai dengan minat siswa, diprediksi akan menyenangkan siswa. Bernyanyi merupakan aktivitas menyenangkan dan dapat membangkitkan minat siswa, oleh karena itu hendaknya digunakan oleh guru untuk membangun minat berbicara.

Minat terkait dengan konsentrasi dan perhatian. Winkel (1989) memberikan batasan tentang konsentrasi sebagai aktivitas pemusatan tenaga dan energi psikis terhadap suatu objek. Sedangkan perhatian merupakan kegiatan mental yang ditujukan kepada objek, orang atau pikiran dan perasaan orang itu sendiri (Crow dan Crow dalam Simbiak, 1993). 

Dengan demikian, mengembangkan minat anak didik dalam proses belajar berarti mengarahkan pikiran, pandangan, sikap, dan mental anak didik mempersiapkan diri menghadapi suara tertentu, rupa tertentu atau rangsangan tertentu. Ketika guru menyebutkan sebuah lagu untuk dinyanyikan, anak-anak akan berusaha untuk mengingat kembali lirik dan syair lagu yang disebutkan guru. Proses mengingat itu terjadi seperti alur pengolahan informasi dalam proses transfer belajar yang dijelaskan di atas. Selama bernyanyi, konsentrasi akan terus bekerja sehingga setiap kata, kalimat dan syair lagu akan terucap dengan benar. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dianalogikan bahwa konsentrasi atau perhatian yang terjadi dalam kegiatan bernyanyi dapat dialihkan ke dalam proses berbicara.

Aspek psikologis lainnya yang turut berperan dalam proses pembelajaran adalah aspek afektif. Penggunaan lirik lagu anak-anak sebagai sumber materi pembelajaran akan berdampak positif terhadap pembentukan sikap berbahasa Indonesia. Mereka akan menyadari bahwa bahasa Indonesia digunakan dalam segala aktivitas kehidupan. Simpulan penelitian Johannes Brahms dan Boyle (dalam Simbiak, 1993) menjelaskan bahwa ritme atau irama lagu memengaruhi emosi manusia.  Buktinya, jika orang mendengar lagu, kakinya tergerak-gerak atau kepalanya mengangguk-angguk. Boyle dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa menggerak-gerakkan kaki dan mengangguk-anggukkan kepala menandai seseorang sedang berada dalam suasana gembira.

Performansi lain yang juga terlihat pada seseorang yang mendengar lagu yaitu ikut bernyanyi bilamana lagu yang didengar itu sudah diketahuinya. Performansi itu diwujudkan melalui suara nyaring atau suara dalam hati. Performansi seperti itu juga dapat diidentifikasi pada anak-anak ketika mendengar lagu dan hal itu mengindikasikan bahwa anak-anak menyukai suasana gembira. 

Melihat besarnya pengaruh seni musik dalam membangkitkan minat seseorang maka penggunaannya diperlukan untuk mengawali atau melangsungkan proses pembelajaran yang menghendaki suasana gembira, diperlukan sebagai penggerak dan pemelihara minat. Dalam penelitian ini, suasana seperti itu sangat diperlukan dalam pembelajaran berbicara di kelas IV sekolah dasar dan diprediksi dapat diciptakan dengan menggunakan lagu anak-anak dalam proses pembelajarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun