Menoleh SejenakÂ
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Â
Â
Sinar matahari sedang dengan jahatnya memanasi bumi dan seisinya. Ya, hari Minggu siang ini aduhai teriknya. Sinar mentari itu beraksi tanpa kompromi, menyengat dan membakar persada dan segala isinya. Aku sedang berjalan terseok-seok membawa barang bawaan berat. Satu bakul nasi yang masih panas, dua termos air panas, dan beberapa lembar kain lap bersih. Sementara, kepalaku tanpa penutup dan tentu saja silaunya luar biasa. Mana jalanan aspal tampak seolah ada air yang katanya disebut fatamorgana. Aarrgghhh .... Kukernyitkan alis agar silau itu tertepis.
Â
Ahh, Emak ... kalau bukan beliau yang menyuruh, aku tak akan mau membawa beban seberat ini. Ya, karena perintah Emak! Mana aku sangat takut disebut sebagai anak durhaka. Maka, kuiyakan saja semua perintahnya walau di dalam hati masih ada sebongkah gerutu tak jelas. Ya, seperti yang kuderita siang ini.
Â
Emak adalah tulang punggung keluarga yang hebat! Ya, karena Emak adalah single parent, tepatnya single mom yang sangat perkasa! Sejak ditinggal Bapak pergi entah ke mana beberapa tahun silam, Emak pilih hidup sendiri. Meskipun banyak lelaki yang menawarkan diri untuk menjadikan Emak seorang istri, beliau tidak bergeming.Â
Â
Dalihnya  hanya satu, karena Emak sayang padaku dan tidak mau memberiku ayah tiri. Barangkali Emak juga trauma karena perlakuan Bapak yang hanya suka berjudi dan berselingkuh, bahkan meninggalkannya pergi tanpa pamit dan tanpa kabar berita.Â