Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menoleh Sejenak

1 April 2024   23:02 Diperbarui: 1 April 2024   23:10 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Di sisi lain, Emak malah merasa merdeka daripada setiap hari bertengkar melulu dengan Bapak. Apalagi Bapak pun tidak produktif sama sekali. Jangankan memberi nafkah, yang ada setiap pagi malah menadahkan tangan meminta jatah. Belum lagi karena suka berjudi, Bapak meninggalkan utang di sana sini yang membuat Emak tidak bisa menikmati jerih lelahnya sendiri. Ditambah lagi Bapak yang selalu ringan tangan. Bukan ringan tangan suka membantu, bukan! Bapak suka main tangan, tepatnya. Kalau emosi sedang meluap karena pengaruh alkohol, Bapak gemar sekali menggampar Emak. Ya, Emak laksana sansak baginya. 

 

Sudah lama Emak ingin melaporkan kekerasan yang terjadi, tetapi selalu tidak punya waktu karena pekerjaan Emak menumpuk tak sempat beristirahat. Namun, bersyukur ... Bapak sendiri yang memilih pergi tanpa pamit dan tak berberita hingga sampai saat ini terhitung puluhan tahun. Jadi, KDRT yang dialami Emak pun praktis terhenti seiring kepergian Bapak.

 

"Mending dia pergi supaya Mawar tidak melihat kejahatan yang dilakukannya. Kejahatan yang berlapis-lapis!" masih kuingat kata-kata Nenek sebelum beliau meninggal beberapa saat lalu.

 

Ya, namaku Mawar Putri Pertiwi. Saat ini aku menduduki bangku SMA kelas sebelas. Aku putri semata wayang yang diharapkan menjadi terbaik di antara yang baik. Walaupun anak tunggal, aku tak pernah dimanja. Justru Emak mendisiplinku sedemikian rupa karena harapannya sangat tinggi untukku.

***

 

 "Aduuhhh ...!" tetiba aku menabrak seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun