Â
Di sisi lain, Emak malah merasa merdeka daripada setiap hari bertengkar melulu dengan Bapak. Apalagi Bapak pun tidak produktif sama sekali. Jangankan memberi nafkah, yang ada setiap pagi malah menadahkan tangan meminta jatah. Belum lagi karena suka berjudi, Bapak meninggalkan utang di sana sini yang membuat Emak tidak bisa menikmati jerih lelahnya sendiri. Ditambah lagi Bapak yang selalu ringan tangan. Bukan ringan tangan suka membantu, bukan! Bapak suka main tangan, tepatnya. Kalau emosi sedang meluap karena pengaruh alkohol, Bapak gemar sekali menggampar Emak. Ya, Emak laksana sansak baginya.Â
Â
Sudah lama Emak ingin melaporkan kekerasan yang terjadi, tetapi selalu tidak punya waktu karena pekerjaan Emak menumpuk tak sempat beristirahat. Namun, bersyukur ... Bapak sendiri yang memilih pergi tanpa pamit dan tak berberita hingga sampai saat ini terhitung puluhan tahun. Jadi, KDRT yang dialami Emak pun praktis terhenti seiring kepergian Bapak.
Â
"Mending dia pergi supaya Mawar tidak melihat kejahatan yang dilakukannya. Kejahatan yang berlapis-lapis!" masih kuingat kata-kata Nenek sebelum beliau meninggal beberapa saat lalu.
Â
Ya, namaku Mawar Putri Pertiwi. Saat ini aku menduduki bangku SMA kelas sebelas. Aku putri semata wayang yang diharapkan menjadi terbaik di antara yang baik. Walaupun anak tunggal, aku tak pernah dimanja. Justru Emak mendisiplinku sedemikian rupa karena harapannya sangat tinggi untukku.
***
Â
 "Aduuhhh ...!" tetiba aku menabrak seseorang.