Dengan aktivitas baru tersebut, lumayan dapat kutepis ingatan kebersamaan dengan Mas Yus. Kalau biasanya pulang dari kampus kami masih bersama, entah mengerjakan tugas kampus atau sekadar membeli jajanan di sekitaran kampus, kini tidak lagi kami bertemu apalagi bersama-sama.
Pernah kudengar selentingan Mas Yus sedang mengikuti entah program KKN atau Menwa di pantai selatan, tetapi kabar burung tersebut tidak lagi berpengaruh bagi kehidupanku. Aku sudah mulai beradaptasi dengan aktivitas baru, kehidupan happy  jomlo. Ada sih ... satu dua teman yang menanyakan juga mengapa tidak tampak berduaan. Akan  tetapi, aku tidak menanggapinya secara serius.
Aku masih berusaha menjadi gadis ceria seperti sebelum-sebelumnya. Hanya, tingkat kecerewetanku saja yang mulai sangat berkurang. Demikian juga dengan kualitas kebersamaan dengan teman-teman sesama gadis. Aku membatasi diri bukan tanpa sebab. Memang kusengaja agar tidak tampak perih hati ini di mata orang lain.
"Hai, Nin ... sedang sibuk apa sekarang? Kok tidak pernah berdua lagi? Sedang gencatan senjata, ya?" tanya Mbak Pungki sambil menyejajarkan langkahnya dengan langkahku.
"Eh, ... bukan gencatan senjata, melainkan larangan dari keluarganya!" senyum tipisku sambil berpamitan untuk mendahului.
"Oo ...," kagetnya dengan mimik polos cukup lucu.
"Ups," aku membekap mulut sendiri, "duh ... keceplosan, deh!" sambil berlari kecil kutinggalkan Mbak Pungki yang masih berdiri di tepian jalan.Â
Â
***
Sore itu, aku bermaksud refreshing dengan melanjutkan sulaman di teras indekos. Tiba-tiba Mbak Etik, kakak angkatanku, lewat depan rumah. Melihatku sedang berkegiatan, dia singgah untuk melihat aktivitasku.
"Wahhh, ... aku mau dong Dik diajari bikin kruistik begini!" kagumnya.