Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku tunggal 29 judul, antologi berbagai genre 169 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pura-pura Lupa

30 Maret 2024   09:34 Diperbarui: 30 Maret 2024   09:37 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nah, kalau kini aku merasa tertolak oleh keluarga Mas Yus, impaslah sudah. Ketika aku tidak mencintai seseorang yang tulus mencintaiku, aku menginginkan berpisah. Kini, ketika aku mencintai seseorang setengah mati, ternyata aku pun harus merelakan berpisah dengannya. Impas, bukan?

Namun, ternyata kelenjar air mata ini tidak bisa kuajak berkompromi. Kelenjar itu menumpahkan semua perbendaharaan air sehingga merembes tak terbendung melalui pipi mulusku dengan derasnya. Mengakibatkan penglihatanku makin memburam.

Beginilah bentuk karma itu! Tentu aku tidak dapat menyalahkan begitu saja perasaan hati ini. Cinta yang sedang tidak bersahabat denganku. Cinta yang harus kurelakan terlepas. Persis seperti cinta pertama saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Yah, dewa cinta yang tidak pernah berpihak kepadaku.

Cinta pertamaku memang berakhir dengan pilu. Cinta monyet yang  berlangsung beberapa tahun itu akhirnya pupus ketika si dia meninggalkanku. Si dia menikahi gadis yang berada di kota lain, tempatnya menimba ilmu.

Ya, karena terpaut setahun di atasku, saat aku naik ke kelas tiga SMP, Mas Wid cinta monyetku itu melanjutkan ke SPMA di Kota Madiun. Komunikasi dengan surat-menyurat berjalan lancar setahun pertama, dan mulai menyurut saat-saat selanjutnya. Ketika pulang ke kotaku, masih dua tiga kali dia sempat datang ke rumah. Namun, selanjutnya justru berita pernikahannyalah yang kudengar dari sahabat dekat yang mengetahui kabar dan memiliki foto pernikahan tersebut.

Ternyata, kini untuk kedua kalinya aku harus merelakan kepergian seseorang yang kucintai dan kusayangi sepenuh hati. Kalau pada pengalaman cinta remaja masa sebelumnya, aku bisa melewati masa-masa kegagalan cinta, kini pasti aku pun bisa. Biarlah untuk kesekian kalinya aku merasakan kegagalan dalam percintaan.

Cinta pertama dan berlanjut ke cinta remajaku sungguh berakhir dengan pilu. Namun, hidup masih harus terus berlanjut. Aku harus bisa melupakannya. Harus bisa move on!

Mulailah kulalui lembaran hidup ini tanpa tambatan hati. Aku mulai berfokus pada perkuliahan. Pagi hingga siang kuliah, pada jadwal tertentu mengajar di salah sebuah sekolah swasta, kadang membantu teman yang bekerja sebagai pramuniaga salah sebuah restoran yang melegenda. Di saat senggang lain mencoba mengambil sulaman atau kruistik sebagai perintang waktu sekaligus mencari tambahan uang saku. Satu hobi yang tidak bisa kutinggalkan adalah mengikuti komunitas menulis, khususnya puisi. Walaupun tidak lagi berlama-lama seperti ketika masih memiliki hubungan spesial dengan Mas Yus. Apalagi kalau acara diadakan pada malam hari. Yang jelas sebelum pukul sembilan malam aku harus izin cabut lebih dulu.

***

Hari demi hari berlari dengan begitu cepat sehingga tiada terasa sudah sekitar empat bulan berlalu. Saat aku sudah mulai terbiasa dengan hidup sendiri, tanpa direcoki kehadiran Mas Yus baik di tempat indekos maupun di kampus lagi, prestasiku kian melejit. Ada beberapa event cipta dan baca puisi yang menjadi kegemaranku dan dari sana aku berhasil menyabet kesuksesan demi kesuksesan. Perlahan, tetapi pasti rasa sakit yang mendera pun mulai pudar. 

Pulang kuliah aku bersegera menghambur keluar, memisahkan diri dari teman-teman. Ada kalanya aku melarikan diri ke lantai dua, ke perpustakaan pusat  untuk sekadar mencari referensi tugas dosen. Atau segera ke rumah Bu Yonas yang mempekerjakan banyak wanita untuk membantu menyulam sarung bantal sebagai handmade andalan.  Sungguh, alur hidup yang berubah drastis sehingga luput dari penglihatan dan kicauan teman kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun