Sesuatu yang pernah dibaca dapat tersimpan dalam benak serta pikiran manusia. Apalagi jika kegiatan membaca dilakukan secara berulang-ulang hingga menjadi hobby yang tak dapat dipisahkan dari diri kita.
Dari hobi membaca bisa naik level menjadi hobi menulis. Â Sesuatu yang sudah tersimpan kelak ketika dibutuhkan akan meluncur dan mencuat melalui alat ujar ataupun melalui untaian tertulis lewat jari-jemari lentik dan perkasa.Â
Coba Anda bayangkan! Alat seperti "hp, laptop, computer dan masih banyak benda ajaib lain" saja mampu menyimpan berbagai macam hal, itu adalah hasil karya manusia, sementara otak manusia adalah karya Illahi yang mutlak tak dapat tersaingi oleh zat apapun. Jadi, mengapa tidak kita manfaatkan sebagai rasa bersyukur kita terhadap Sang Pencipta.
Penanaman modal kosakata
Kebiasaan membaca  harus ditopang oleh orang-orang sekitar. Orang tua misalnya,  mestinya menganjurkan anaknya agar  membiasakan gemar membaca di rumah. Sebisa mungkin dilakukan setiap hari. Orang tua bertanggung jawab penuh dalam menjamin kebutuhan membaca yang layak bagi anak. Rutinitas itu akan berlangsung hingga secara perlahan ia akan merasa "butuh" untuk mencari sesuatu.  Dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan mengakar dalam dirinya. Awalnya merupakan kewajiban karena ia merasa itu perintah orang tua. Lama-kelamaan akan tertanam sebagai suatu kebutuhan karena ia merasa di sanalah, dalam dunia membaca dirinya mendapatkan informasi yang kaya akan perbendaharaan kata.
Derajat intelektual pun semakin meningkat. Konsisten membaca yang dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan standar keunggulan diri. Penanaman modal kosakata pun akan menjadi saham untuk kegiatan yang berkesinambungan. Penanaman kosakata sejak dini akan menjadi modal utama dalam berbahasa. Khusus bahasa Indonesia, bahasa Indonesia adalah penghela mata pelajaran lain. Menguasai bahasa Indonesia sangat berpengaruh untuk hal-hal lain dalam berbahasa. Kebiasaan membaca yang tadinya hanya dilakukan dalam beberapa menit ditingkatkan menjadi beberapa jam akan menambah kualitas kemampuan, antara lain menulis.
Menulis bisa apa saja. Sudah tentu harus selektif. Â Kebiasaan menulis pun menjadi budaya yang berkualitas. Banyak membaca akan memperoleh banyak kekayaan kosakata. Dengan proses pembelajaran melalui kegiatan membaca banyak informasi mengendap yang kelak suatu saat meletup-letup bak gunung berapi yang memuntahkan laharnya.Â
Sesungguhnya, betapa melimpahnya berkah yang tersembunyi di balik semaraknya bahan-bahan bacaan yang mungkin hanya tersimpan rapi di tempatnya dan akhirnya hanya menjadi santapan lezat para kutu atau dimakan rayap. Ayolah membaca. Ada berkah yang melimpah dibalik kegiatan membaca. Berkah itu akan bermanfaat suatu ketika saat dibutuhkan. Â Â
Kepedulian terhadap minat baca menjadi persoalan dari berbagai komponen sekolah.
Merujuk dari buku 2 Milik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan(1997:7-12), dimulai dari Kepala Sekolah, Guru, Pustakawan, Pengawas serta siswa itu sendiri, kegiatan membaca dapat dilaksanakan dengan saling bekerja sama secara terprogram dengan frekwensi waktu serta  intensitas kinerja yang lebih terarah. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat dan gemar membaca. Kecenderungan sesuai fungsi dalam menyusun program di sebagian sekolah masih  bersifat verbal.
Dalam arti masih belum dijabarkan secara jelas. Hanya sebatas penjelasan lisan pada saat memberikan arahan di apel, upacara sekolah atau acara intern sekolah.  Dalam merencanakan, merancang dan menetapkan antara lain jam wajib membaca yang pelaksanaannya saat sebelum jam pelajaran pertama dimulai, wajib kunjung perpustakaan, menyediakan hadiah untuk lomba membaca (misalnya: puisi, dongeng, drama, pidato, dll), jika ada perlombaan atau yang setara dengan itu semestinya  perlu dijabarkan dalam kajian dokumen tertulis agar menjadi petunjuk teknis demi peningkatan serta pengembangan minat baca siswa bersama warga sekolah. Â