Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jadikan Minat Baca sebagai Santapan Lezat nan Gurih!

7 Juni 2021   22:56 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:53 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang namanya makanan jika disantap pada saat kita butuh, rasanya pasti enak.
Apalagi ketika kita benar-benar lapar. Agak sedikit berhayal, 
sama persis ketika saya ingin menyantap nasi bersama ikan Gurami masak Rica-rica, Tinutuan alias Bubur Manado dengan aroma rempahnya yang khas.

Mungkin juga Sagu Ketti ketika perut ini minta diisi. Sagu khas makanan suku Sangihe, (sagu yang dibakar setelah beberapa saat menjadi keras) pun akan saya sikat. Bagi saya, makanan sangat berkaitan dengan selera. Baru mencium aromanya saja sudah membuat tenggorokan kita tersedak. Apalagi jika makanan tersebut adalah menu favorit kita. Saya paling suka menu sagu dicampur kelapa parut/ cukur yang kata orang Sangihe "Nirange" atau dibakar di wajan. Di zaman dulu hinnga sekarang pun masih ada), sagu memiliki wadah tempat membakar yang namanya "Porno" (Hati-hati, jangan salah mengartikannya!)
 
Wadah yang namanya Porno ini terbuat dari tanah liat, bentuknya segi empat, memiliki beberapa ruang kecil untuk dimasukkannya sagu tersebut. Wuiiih... gurihnya! Mau tahu lauk yang paling cocok? Sayur santan yang terdiri dari daun paku (pakis), daun pepaya, daun sakede (Melinjo) yang diramu sedemikian rupa hingga membentuk satu kesatuan rasa yang aduhai lezat dan gurih di lidah.

Sungguh betapa pentingnya makanan sebagai kebutuhan badaniah. Hanya saja, tidak semua makanan cocok untuk disantap di masing-masing perut kita. Makan juga bukan sekadar asal kenyang, melainkan untuk memenuhi kebutuhan menu seimbang atau asupan gizi agar tubuh tetap sehat. 

Sedapat mungkin dipilah-pilah agar jauh dari dampak yang namanya penyakit. Karena salah makan bisa-bisa malah penyakit yang kita dapatkan. Sama persis seperti makanan sebagai kebutuhan badaniah, kebutuhan rohaiah pun tak kalah pentingnya. Rohaniah kita sangat membutuhkan sentuhan asupan gizi yang bermanfaat bagi tubuh kita.

Makanan rohaniah sama pentingnya jika kita menyadari seawal mungkin tentang bagaimana makanan rohaniah yang sesuai dan mampu menyentuh gaya hidup yang benar. Semua juga tahu bahwa informasi merupakan asupan gizi untuk santapan rohaniah kita. Asupan gizi yang mampu mengubah pola pikir, membangun karakter, mengangkat martabat dan mampu membentuk kebiasaan-kebiasaan yang benar sehingga tidak dkelompokkan ke dalam orang-orang rendah mutu, serta mengakibatkan masuknya celah yang berdampak pada hal yang kurang menggembirakan.

Nah, untuk bisa mendapatkan informasi yang dimaksud, maka membaca adalah solusinya. Membaca merupakan bagian dari makanan rohani itu. Di sinilah makanan rohaniah itu mesti dipilah-pilah agar tidak salah pilih. Salah memilih bisa berakibat fatal!  

Jadi, membaca merupakan kebutuhan rohaniah bagi insan yang membutuhkan informasi. Berbagai media menyediakan itu, antara lain media elektronik dan media cetak tersedia di mana-mana. Tinggal mengarahkan hati, pikiran, dan minat mau dibawa kemana hubungan mereka? Segera memulai atau tetap diam di tempat dan akan ketinggalan informasi? 

Ya, memulai untuk menjelajahi dunia dengan membaca? Tergantung dirimu, Kawan! Seperti juga makanan, membaca harus dipilih mana yang cocok dan sesuai dan mana yang tak pantas!  Membaca juga merupakan bagian penting dalam rangka mengetahui seluk-beluk  peradaban dunia, kemajuan zaman, ilmu pengetahuan serta kecanggihan teknologi.

Membaca bukanlah sekadar memenuhi  gejolak  rindu  terhadap maraknya informasi tentang dunia melainkan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan informasi bisa didapatkan melalui buku, majalah, koran, internet serta media lainnya. 

Kalau saja semua warga sekolah serta para mahasiswa  khususnya dan pembaca pada umumnya  bisa sedikit meluangkan waktu senggang  untuk membaca, sungguh merupakan hal yang termulia ketimbang duduk berlama-lama tanpa ada tindakan berarti sama sekali. Soal membaca, Saya bahkan bukan hanya di saat senggang, di sela tugas lainnya saya selipkan untuk membaca.

Mengubah dunia.  
                                                                                                                                                       
"Ubahlah duniamu dengan gaya hidup yang lebih bervariasi. Variasikan itu dengan gaya hidup yang baru dengan membaca. Rebut peluang dengan pola pikir yang lebih maju. Mari  menyisihkan sedikit saja waktu untuk menyingkap hal baru dengan membaca! Jadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan. Dulu malas membaca, sekarang mulailah menatap ke luar jendela di luar sana. Tepislah tirai kemalasan, cobalah teropong keindahan tentang ada berjuta-juta informasi di seluruh belahan bumi ciptaanNya ini. 

Jauh nun di sana, ada semarak berjuta bintang yang tersebar yang mesti digapai, yang berisi informasi berharga yang dapat diubah menjadi butir berlian, di dunia masa depan yang gemilang. Bersusah-susahlah dahulu untuk menjelajahi sulitnya dunia, bersenang-senanglah kemudian ketika Anda telah melampaui sulitnya penjelajahan itu serta telah menggapai apa yang Anda inginkan. Terobosi itu dengan membaca!" Kalimat ini yang terngiang di kepala saya. Kata-kata ini juga yang sering saya ucapkan pada para peserta didik saya.  

Ada pertanyaan dari seorang siswa, apa yang harus kita baca? Yang harus kita baca? Ya apa saja! Asalkan bisa bermanfaat bagimu! Sekali lagi, bermanfaat! Baca...dan bacalah!  Saya juga sering bercerita kepada anak didik saya bahwa dulu, saking hobbynya saya membaca, apa saja yang saya temui, misalnya sobekan koran atau majalah yang saya temukan di jalanan, bahkan  buku yang saya dapatkan dari tong sampah yang sengaja dibuang pemiliknya itu pasti menjadi  cemilan lezat dan gurih untuk dibaca. Saya akan melahapnya habis.

Dengan uang jajan yang sangat tipis dari sumber asal-muasalnya, yakni orang tua atau saya rampok dari kantong rombeng hasil jerih payah pribadi, hanya demi membela-bela hasrat membaca (sejak umur 16 tahun saya sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan menjahit baju teman atau guru) hanya untuk bisa buat menyewa buku bacaan yang memang khusus disewakan, kala itu.

Menyejajarkan hal membaca dengan makanan lezat, cemilan nan  empuk dan gurih memang sulit dilakukan bagi sebagian orang. Duuh..., sungguh sangat disesalkan jika hal-ihkwal membaca diabaikan! Sementara, bicara soal makan, haha...siapa yang tidak sukan makan? Coba soal baca! Sudah pasti istilah "lamban, bodoh, atau ketertinggalan," akan menjadi tamparan yang menyakitkan  mampir di telinga. Apalagi pada masa sekarang ini, dunia  semakin canggih. Mau istilah itu dialamatkan ke arah kita?

Semua juga tahu kemajuan tak pelak membombardir segala macam alat canggih. Setiap detik alat-alat teknologi itu  bertambah kecanggihannya. Wadah internet melalui gawai yang menyedot  berjuta-juta elemen informasi semakin kaya. Dan itu merupakan santapan renyah  bagi  para penikmat baca, para pemburu informasi. Mereka, orang-orang seperti inilah yang mampu mengubah dunia. Terus? Sudahkah Anda membaca?

Rajin membaca, itu modal untuk menulis! Benarkah?

Membaca sangatlah berkaitan erat dengan menulis. Jujur, menelusuri faktor rendahnya kemampuan menulis di kalangan guru, siswa serta para akademikus disebabkan  karena faktor kurangnya minat baca. Bagaimana bisa jika membaca bukan  prioritas?  Dalam menghasilkan karya tulis pun pasti kurang memuaskan. Padahal, untuk bisa handal dalam menulis harus bermodalkan apa yang pernah dibaca. 

Kelak sumber bacaan akan menjadi referensi serta bahan rujukan. Sebanyak mungkin harus memiliki saham abstrak yang dapat diaplikasikan agar sesuatu yang diperoleh dari membaca dapat digunakan serta  mampu mengeksplorkannya sebagai  sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhan diri sendiri, dan bermanfaat untuk kebutuhan orang lain pula.

Bagaimana mungkin bisa dieksplor sementara tidak pernah termemori dalam otak. Jika sudah dibaca maka akan tersimpan, suatu saat kelak jika diperlukan maka dengan sendirinya akan keluar. Otak kita diciptakan olehNya mampu mereproduksikan hal-ihwal yang telah termemori di dalamnya. Tinggal bagaimana mengaplikasikannya dengan hal-hal baru sesuai dengan kebutuhannya.  

Berada di era komputer sudah barang tentu kita tak mau ketinggalan. Namun mustahil manusia akan berkembang jika budaya membaca tidak tertanam sejak dini. Budaya membaca tidak muncul begitu saja. Perlu pembiasaan yang dilakukan secara berkesinambungan.

Dengan membaca banyak hal bisa didapatkan. Apa kata dunia nanti jika seiring berjalannya waktu dan teknologi semakin terdepan sementara kita masih berdiam diri di belakang tanpa ada gerakan sama sekali. Kita bisa dikatakan berbudaya tinggi jika memiliki kebiasaan membaca yang tinggi pula. Maka mulailah dengan budaya membaca. 

Sesuatu yang pernah dibaca dapat tersimpan dalam benak serta pikiran manusia. Apalagi jika kegiatan membaca dilakukan secara berulang-ulang hingga menjadi hobby yang tak dapat dipisahkan dari diri kita.

Dari hobi membaca bisa naik level menjadi hobi menulis.  Sesuatu yang sudah tersimpan kelak ketika dibutuhkan akan meluncur dan mencuat melalui alat ujar ataupun melalui untaian tertulis lewat jari-jemari lentik dan perkasa. 

Coba Anda bayangkan! Alat seperti "hp, laptop, computer dan masih banyak benda ajaib lain" saja mampu menyimpan berbagai macam hal, itu adalah hasil karya manusia, sementara otak manusia adalah karya Illahi yang mutlak tak dapat tersaingi oleh zat apapun. Jadi, mengapa tidak kita manfaatkan sebagai rasa bersyukur kita terhadap Sang Pencipta.

Penanaman modal kosakata

Kebiasaan membaca  harus ditopang oleh orang-orang sekitar. Orang tua misalnya,  mestinya menganjurkan anaknya agar  membiasakan gemar membaca di rumah. Sebisa mungkin dilakukan setiap hari. Orang tua bertanggung jawab penuh dalam menjamin kebutuhan membaca yang layak bagi anak. Rutinitas itu akan berlangsung hingga secara perlahan ia akan merasa "butuh" untuk mencari sesuatu.  Dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan mengakar dalam dirinya. Awalnya merupakan kewajiban karena ia merasa itu perintah orang tua. Lama-kelamaan akan tertanam sebagai suatu kebutuhan karena ia merasa di sanalah, dalam dunia membaca dirinya mendapatkan informasi yang kaya akan perbendaharaan kata.

Derajat intelektual pun semakin meningkat. Konsisten membaca yang dilakukan secara terus-menerus dapat meningkatkan standar keunggulan diri. Penanaman modal kosakata pun akan menjadi saham untuk kegiatan yang berkesinambungan. Penanaman kosakata sejak dini akan menjadi modal utama dalam berbahasa. Khusus bahasa Indonesia, bahasa Indonesia adalah penghela mata pelajaran lain. Menguasai bahasa Indonesia sangat berpengaruh untuk hal-hal lain dalam berbahasa. Kebiasaan membaca yang tadinya hanya dilakukan dalam beberapa menit ditingkatkan menjadi beberapa jam akan menambah kualitas kemampuan, antara lain menulis.

Menulis bisa apa saja. Sudah tentu harus selektif.  Kebiasaan menulis pun menjadi budaya yang berkualitas. Banyak membaca akan memperoleh banyak kekayaan kosakata. Dengan proses pembelajaran melalui kegiatan membaca banyak informasi mengendap yang kelak suatu saat meletup-letup bak gunung berapi yang memuntahkan laharnya. 

Sesungguhnya, betapa melimpahnya berkah yang tersembunyi di balik semaraknya bahan-bahan bacaan yang mungkin hanya tersimpan rapi di tempatnya dan akhirnya hanya menjadi santapan lezat para kutu atau dimakan rayap. Ayolah membaca. Ada berkah yang melimpah dibalik kegiatan membaca. Berkah itu akan bermanfaat suatu ketika saat dibutuhkan.    

Kepedulian terhadap minat baca menjadi persoalan dari berbagai komponen sekolah.

Merujuk dari buku 2 Milik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan(1997:7-12), dimulai dari Kepala Sekolah, Guru, Pustakawan, Pengawas serta siswa itu sendiri, kegiatan membaca dapat dilaksanakan dengan saling bekerja sama secara terprogram dengan frekwensi waktu serta  intensitas kinerja yang lebih terarah. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat dan gemar membaca. Kecenderungan sesuai fungsi dalam menyusun program di sebagian sekolah masih  bersifat verbal.

Dalam arti masih belum dijabarkan secara jelas. Hanya sebatas penjelasan lisan pada saat memberikan arahan di apel, upacara sekolah atau acara intern sekolah.  Dalam merencanakan, merancang dan menetapkan antara lain jam wajib membaca yang pelaksanaannya saat sebelum jam pelajaran pertama dimulai, wajib kunjung perpustakaan, menyediakan hadiah untuk lomba membaca (misalnya: puisi, dongeng, drama, pidato, dll), jika ada perlombaan atau yang setara dengan itu semestinya  perlu dijabarkan dalam kajian dokumen tertulis agar menjadi petunjuk teknis demi peningkatan serta pengembangan minat baca siswa bersama warga sekolah.  

Tidak hanya itu! Persoalan tak akan selesai jika guru tak turut andil dalam kegiatan tersebut. Guru wajib menugaskan siswa untuk membaca selama 15 menit setiap harinya. Dan ini bukan hanya tugas guru bahasa Indonesia saja. Hal ini pernah dilakukan dulu sebelum makhluk Corona itu datang dan memporakporandakan kehidupan ini(maaf! Bukan menyalahkan corona!). Sekalipun kegiatan yang menjadi rutinitas para siswa tersebut yang terkadang tersendat dengan alasan tertentu dan masuk akal. 

Dengan kegiatan tersebut, selain melatih membaca cepat sambil memahami, intonasi, juga belajar mengenal lebih banyak  kosakata baru, jika dilakukan setiap hari pasti akan terjadi peningkatan proses penambahan kata  baru yang bakal menjadi koleksi indah dan menarik. Modal untuk bertutur/lisan maupun menulis pun akan semakin kaya dan  terasa lebih enteng serta lancar dalam mengembangkan kata, kalimat, paragraf sampai pengembangannya secara utuh.

Sesering mungkin mengajak siswa mengunjungi perpustakaan. Menugaskan siswa membuat kliping, meringkas buku, menyusun laporan perjalanan, artikel hingga membuat makalah (dengan bimbingan guru) tentunya. Begitu pula dalam membacakan pengumuman, membawakan acara upacara outdoor maupun indoor itu dilakukan oleh siswa. Proses pembiasaan dalam kegiatan membaca akan mendorong siswa ingin melakukannya lagi..lagi dan lagi!

Komponen lain yang tak kalah penting yaitu pustakawan (yang pernah mendapat pendidikan pustakawan). Saya jadi teringat keluhan seorang teman yang menjadi pengelola perpustakaan. Menurut beliau yang tak ingin disebut namanya, ada banyak persoalan yang melilit di perpustakaan antara lain: minimnya buku perpustakaan, sehingga siswa merasa bosan untuk mengunjungi perpustkaan karena bukunya itu-itu saja. Pengadaan buku hanya musiman saja.

Hadirnya media internet juga turut mempengaruhi merosotnya ketertarikan akan perpustakaan. Padahal, apa salahnya jika kedua media tersebut dimanfaatkan sebagai sarana baca indah serta menarik untuk dilahap dan dinikmati secara beriringan/bersamaan. Guru dalam memberikan motivasi siswa agar sesering mungkin melakukan kegiatan membaca. Tak bisa dipungkiri bahwa beberapa guru agak kesulitan memilih bahan-bahan bacaan. Seyogyanya guru penting mengetahui apa yang menjadi ketertarikan siswa akan bahan bacaan yang mereka sukai. JIka guru sudah tidak ada ketertarikan dalam kegiatan membaca maka bagaimana dengan siswa itu sendiri?  

Satu hal yang juga tak kalah penting, membaca manakala kita berada di rumah. Saya melakukannya dengan cara saya sendiri, yakni membaca sebagai selingan ketika melakukan pekerjaan rumah. Kebanyakan orang membaca hanya dilakukan pada saat senggang. Bagi saya tidak selamanya hanya pada saat senggang. Adakalanya, saat melakukan tugas rumah ada kejenuhan melanda secara mendadak. 

Nah, di situlah saya sempatkan waktu, langsung meraih buku yang sudah saya letakkan di salah satu tempat yang gampang dilihat atau dijangkau tempatnya ( Saya akan menuju ke sana dan membuka sesuai dengan apa yang terlintas di benak pikiran saya, sembari menghentikan sejenak kegiatan yang barusan saya lakukan. Alternatif lain mungkin membuka internet melalui lap top atau gunakan hp yang terletak di sekitar kita.  
     
Pengarahan diri sendiri.
                                                                                                                                 
Untuk melakukan hal membaca sebagai selingan ketika melakukan pekerjaan rumah, perlu adanya pengarahan diri. Pengarahan diri erat kaitannya dengan konsep diri, yakni bagaimana kita menilai serta memandang perihal diri sendiri. Seseorang yang memandang lemah terhadap dirinya maka akan terasa tidak  gampang  untuk mengarahkan dirinya sendiri, terutama dalam hal membaca. 

Benar bahwa kegiatan membaca sebaiknya dilakukan di saat senggang. Lantas bagaimana dengan seseorang yang tak pernah ada senggangnya? Senggangnya hanya ada ketika hendak tidur. Hehe... maka mulailah dengan memiliki koleksi buku. Ini dilakukan agar menumbuhkan rasa keinginantahuan serta menumbuhkan minat baca.

Seumpama ketika saya merasa lapar, ada makanan yang ingin dilahap, tinggal leg...leg... ! Seperti juga buku, tinggal dilahaplah itu buku, karena sudah tersedia. Bak makanan yang sudah tersaji, tinggal mengarahkan pikiran serta keinginan, mau atau tidak melahapnya. Tinggal disambar itu buku, sudah berjejer di rak koleksi buku. Jika sudah terbiasa dengan membaca, maka dorongan untuk ingin mengetahui lebih lanjut akan mengikutinya karena telah terbiasa bahkan menjadi kebutuhan.  

Semua ini bermuara pada tujuan untuk mengubah pola pikir, meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, menemukan informasi tertentu, belajar melakukan sesuatu melalui membaca, pun bisa sebagai hiburan bahkan dengan membaca mampu membentuk karakter. Jika mau berubah, lakukan!

Jadi, bagi saya membaca tidak hanya pada saat senggang melainkan ketika keingintahuan serta minat itu muncul, segeralah beranjak,  bangkit,  bergeraklah  untuk meraih apa yang ingin kita cari, kita baca. Jangan ditunda! Sebab saat Anda tunda maka buyarlah semua.  Kegiatan lain telah menjemput Anda. Membaca  pun terlupakan!
Semoga bermanfaat.


@NK
#Tahuna/07/06/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun