Padahal untuk bisa panen, penduduk harus menyiapka perahunya terebih dahulu, barulah mereka menuju ke pulau kecil itu. Mana pernah mereka jera. Â Mungkin karena jaraknya tak jauh dari tempat tinggal mereka. Diperkirakan hanya sekitar lima sampai sepuluh menit menuju pulau kecil itu.
Perempuan itu mencoba lagi meneropong lanjutan peristiwa satwa unik dengan cara makan unik itu. Biji yang telah dibersihkan di bawa ke pulau induk, Sangihe Besar. Tepatnya ke Petta ibu kota Kecamatan Tabukan Utara. Tepatnya ke Petta.
Dengan membawa  sebongkah harapan agar harga biji pala melambung. Agar juga bisa membawa pulangtumpukan-tumpukan oleh-oleh untuk sanak keluarga yang ditinggal.
Namun terkadang  kekecewaan lebih dekat dari pada kebahagiaan. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Mereka terkadang harus menelan kekecewaan. Walau terkadang juga bahagia selalu ada untuk mereka di saat harga melambung tinggi.
Tiba-tiba ada suara menyeringai di sela lamunan Mardiah.
"Sudah sampai, Bu! jangan lupa jaket pelampungnya dilepas ya, Bu... " teriak joki, driver yang sudah lihai dan terbiasa mengarungi laut yang ganas itu. Ia mencoba melawan suara ombak yang lumayan membuai. Kecil sih untuk ukuran orang kepulauan. Hanya 1 meter kira-kira. Hehe... ada gelak kecil perlahan keluar dari bibir tebalnya.
"Oh ya?" timpal Mardiah sambil menanggalkan life jacket yang masih melekat di tubuh mungilnya. Ada rasa grogi menghasut pikirannya, tapi diacuhkannya.
Ia pun bergidik sendiri, karena hanya dirinya seorang yang memakai jaket pelampung seperti itu. Mau laut beriak kecil, atau bergelombang besar, ia pasti dengan jaket yang menempel di tubuhnya.
Mardiah memandang ke arah buritan tongkang yang menghantar mereka menepi. Seperti menepinya kekhawatirannya tentang gelak tawanya ombak.
Saat berangkat hingga menepi ia tetap akan seperti itu. Ya, seperti itu kata Syahrini, penyanyi dengan seabrek sensasi. Â
NK/21/07/2020