“Iyo, mbah wis ngerti Le”. Mbah memotong kalimat mas rie yang belum selesai.
Seruni dan Pambudi saling berpandangan, kemudian mbah Mintoharjo berjalan mendekatinya kemudian memeluknya erat-erat sambil berucap: “Gusti Moho Agung ra nate sare maringi kebahagian kanthi tulus lan ikhlas”.
Semuanya terdiam, hening sayup kumandang adzan Magrib bergema mengetarkan jiwa Seruni dan Pambudi. Bukit Wirotapen terasa hening, Darno burung perkutut mbah Min juga diam seolah memahami apa yang dirasa oleh majikannya yang sedang sangat bersuka cita. Kerlap kerlip kunang-kunang menghiasi malam yang semakin larut, menidurkan harapan yang bertepi diantara hati Seruni dan Pambudi selama satu tahun perjalanan cintanya. Kini mereka telah membentuk rumah tangga yang sikinah dan memiliki seorang putri bernama Kinanti.