Mohon tunggu...
Ning Ayu
Ning Ayu Mohon Tunggu... Guru - Pengawas SMP Kabupaten Bogor

Ning Ayu alias Taty Rahayu, Pengawas SMP Kabupaten Bogor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Pilihan

28 Maret 2020   17:20 Diperbarui: 28 Maret 2020   17:44 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, Seruni sudah menjadi wanita dewasa yang sangat cantik, dan bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama di Jakarta. Seruni pun sudah lupa akan ramalan jodohnya beberapa tahun silam, namun bila teringat terkadang Seruni tersenyum sendiri. Tersenyum bukan karena percaya dengan ramalan mbah Min, tapi tersenyum mengingat masa kecilnya yang lucu. Pernah suatu ketika Seruni dimarahi mbahnya karena bermain layang-layang dan gundu sepertinya layaknya seorang lelaki. “Masa kecil yang indah” batin Seruni sambil menunggu jam pulang kantor dan hujan reda.

Ruangan kantor sepi, semua karyawan sudah meninggalkan kantor, dan Seruni yang paling akhir ke luar dari kantornya. Hujan tambah lebat berteman guntur dan kilat yang saling menyambar. Seruni berjalan menuju halte yeng terhubung dengan halaman kantor. Jalan Hayam Wuruk terasa sepi dan lenggang, hanya beberapa mobil yang melintas, tapi Seruni tetap sabar menunggu  busway.

“Boleh saya duduk?”. Sapa seorang pria dengan sopan.

“Silahkan”. Jawab Seruni sambil bergeser duduknya.

Tak ada obrolan, keduanya terdiam. Tetes hujan menjadi musik indah sore itu. Seruni sibuk dengan hape-nya dan pria di sampingnya pun demikian. Hujan semakin deras berbarengan dengan suara petir yang mengelegar dan mengagetkan Seruni, tak sadar Seruni memeluk pria yang duduk di sampingnya, cukup lama sampai rasa takut benar-benar hilang. Pria yang dipeluk Seruni pun diam tak berontak, hingga akhirnya berucap “Anda takut dengan petir?”

Refleks  Seruni melepasnya pelukannya dengan wajah memerah karena malu.

“Maaf, saya telah tidak sopan kepada Anda”.  Katanya lirih menahan rasa malu.

“Enggak apa, kenalkan saya Pambudi”. Lelaki di sampingnya menggulurkan tangannya pada  Seruni. Seruni menyambut tangan pria yang dipeluknya tak sengaja.

“Runi, Seruni”, Jawabnya malu tertunduk.

Obrolan antara Pambudi dan Seruni berlanjut, kebetulan keduanya pulang dengan rute yang sama. Tujuan akhirnya adalah Bidara Cina .

Sejak saat itu, komunikasi antara Seruni dengan Pambudi semakin akrab, tak disadari benih cinta diantara keduanya tumbuh dalam taman hati kedua anak Adam. Pambudi seorang pelatih dan instruktur renang yang dipercaya Persani adalah pria asli Pacitan. Dunia renang sudah digelutinya dari usia remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun