Mohon tunggu...
Nindy Kumala
Nindy Kumala Mohon Tunggu... -

Membaca dan sangat mencintai untaian kata lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Qanitah... Kamu Tetap Cantik! La Tahzan

14 April 2011   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

~ Paras jelita menyelimuti keanggunan jiwamu..

~ Tiada kesejukkan hati yang menentramkan selain senyuman itu,

~ Jangan bersedih ukhti, hatimu tetap terjaga walau karang noda membenturmu

~ Tuhan selalu hadir dalam aliran darahmu. Menyapa kegundahanmu akan keraguan hidup...

"Abii.. Qani berangkat kuliah dulu ya! Tadi Qani udah suapin Ummi sarapan, insyaAllah hari ini kuliah sampai jam 3 sore. Nanti Qani ashar dikampus dulu ya Bii..?" menuju persetujuan sang ayah, Qani masih tertahan didaun pintu

"Ya sudah, hati-hati ya naak. Nanti kalau ada apa-apa segera telepon Abi ya, oh iya Abi mau isi tausiyah di Cinere jam 5 sore. Kalau bisa Qani sudah dirumah ya? gantian jaga ummi"

"iya Abi, insyaAllah.. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh.."

Ummi kesehariannya hanya mampu berbaring karena penyakit kanker tulang belakang yang telah menggerogotinya selama tiga tahun ini, membuat keadaan rumah tak lagi selengkap dulu. Kini Qanitah harus menggantikan posisi Ummi bagi keluarga. Qani dengan ringan hati melakukan aktifitas-aktifitas ummi dulu ketika ummi masih seceria dulu. Sebelum keadaan berubah.Qani juga harus menjaga ketiga adik laki-lakinya, dan kakak laki-laki satu-satunya yang sangat ia sayangi kini sedang menempuh studi masternya di Baghdad. Dulu sebelum kak Iman pergi melanjutkan studinya, Qani sangat merasa terjaga. Namun  kini ia tidak dapat bergantung kepada siapapun selain Tuhan yang Maha melindungi dan berkuasa atas segalanya.

"Assalamuaalaikum Qani, kita ada rapat buat acara amal bulan depan. Kita udah ditunggu ikhwannya dibalik tirai." Ucap Latifa sahabat karibnya dikampus via sms, karena mereka berbeda jurusan

"Waalaikumsalam cantiik, iya sayang nanti aku nyusul yah. Aku masih ada 30 menit dikelas terakhirku ini, kamu duluan aja ya Fa."

"Oke deh"

Seusai kelas terakhir, Qani segera bergegas menuju masjid kampus untuk menyusul teman-temannya. Ketika mau sampai diujung koridor fakultas teknik, ia terkejut. Beberapa pria yang seringkali sangat membuatnya risih tak henti menganggunya. Para pemuda itu tak lain Ibbas dan teman-teman sejatinya.

"hai katrok.. mau kemana nih? mau diantar?" tanya Ibbas penuh maksud tertentu, lalu teman sebelahnya langsung menyambar,

"duuh gue enggak pernah tega ya ngeliat cewek secantik lo katrok! Seandainya tuh kerudung lo lepas, alamaakk enggak mungkin si Ibbas dan seluruh anak kampus panggil lo katrok. Emang dasar elo nya demen di panggil katrok sih. Hahahaa"

"hahahahahahaaha....!" suara itu bergemuruh, dan nampak sekali wajah Qani datar. Qani sudah tak segugup dulu bila dihadapan mereka. Qani berusaha setenang mungkin menghadapi mereka. Tanpa kata-kata, tanpa suara. Sesekali mata bulatnya yang coklat muda itu sengaja ia pejamkan dengan datar. Terlihat juga Qani beberapa kali mengatur helaan napasnya. Dan hal tersebut sangat mengusik Ibbas dan teman-temannya, sangat menjengkelkan mereka. Mereka sudah tidak mendapatkan ekspresi Qani dulu yang lemah dan lugu, sehingga itu semakin membuat mereka menggila.

"Heh, katrok! Kenapa lo diem aja, mana tuh karib lo Tifa yang enggak kalah katroknya sama lo? Gue heran yah sama lo berdua. Di kampus secanggih ini, kampus yang udah terkenal advance sampai ke negara manapun tahu kampus kita. Dandanan lo masih aja kayak kuliah di surau! Astaga!" Ungkap Ibbas telak diiringi anggukan teman-temannya.

Karena Qani rasa ia tak mungkin terus berada disitu, ia harus segera bergabung dengan teman-temannya dimasjid untuk rapat anggota IRM Kampus (Ikatan Remaja Muslim). Maka ia terpaksa berkata-kata, karena sejak tadi ia sudah berusaha melarikan diri dari kawanan tidak ada kerjaan itu namun tetap dihadang.

"saya enggak punya waktu banyak buat kalian. Tolong, saya mohon kalian ajak saja bicara pacar-pacar kalian itu. Friska, Meilla, Tabitha dan yang lainnya. Karena mereka lebih senang berbicara dengan kalian ketimbang saya. Lagipula apa kata dunia pria-pria famous terlihat mengganggu perempuan katrok macam saya ini? sungguh memalukan bukan? Permisi!" Dengan sekuat tenaga  Qani berusaha lolos dari jeratan mereka, ketika Qani hendak berlari menjauh, namun salah satu tangan Ibbas menarik helaian kerudungnya. Sempat Qanita terhenti, namun dengan mengucap 'bismillah' ia paksakan untuk tetap berlari menuju masjid walaupun kerudungnya terlepas sedikit, sehingga hampir memperlihatkan rambutnya. Namun segera Qanita melindungi kerudungnya yang hampir terlepas itu, ia berlari secepatnya, sesampainya dimasjid ia menunduk dipangkuan Tifa dan sedikit menangis.

Ibbas, mahasiswa tingkat akhir yang seharusnya telah lulus 4 tahun lalu, namun karena ia gemar bermain-main hingga detik ini masih saja berkeliaran dikampus. Ibbas memiliki pengaruh yang kuat terhadap gaya hidup hedonis yang mendominasi dikampus. Memang kondisi IRM dikampus tersebut sangat tidk kondusif. Seringkali para anggota IRM yang tidak seberapa jumlahnya itu mendapat hujatan dari teman-teman mereka sendiri yang hidup dalam gelimang kekayaan dan eksotisme duniawi. Hanya orang-orang tegar yang mampu menghadapi ketimpangan sosial semacam itu.

"Astaghfirullah... Kamu kenapa Qani? Ibbas mengganggumu lagi ya?" Masih dalam isaknya, Qani tergugu

"Sampai kapan sih mereka bosan menggangguku Fa? Aku bingung apakah aku punya salah terhadap mereka? Kenapa dibalik kehidupannya yang hampir sempurna itu, mereka kaya, bisa dapatkan apa yang mereka mau. Mereka berpacaran dengan kekasih-kekasih dunia yang tak kalah tenarnya Tapi mengapa Ibbas dan teman-temannya selalu saja membuatku muak!"

"Istighfar sayang.... Anggap saja Allah begitu mencintaimu, sehingga tak hentinya DIA mengujimu. Perantaranya adalah Ibbas. Sabar ya" Dekap Tifa menenangkan Qanitah yang masih merasa kesal.

Bunyi sms di telepon genggam Qani berdering, sms itu datang dari Abi. Setelah Qani lepas dari beban memikirkan kejadian tadi, karena Qani sangat mudah mencari kesibukan lain untuk mengusir perasaan-perasaan tidak nyamannya itu. Sehingga ia memiliki pribadi yang kuat. Tak terasa waktunya sholat ashar berjamaah tiba.

"Qani, jangan lupa ya.. Abi keluar rumah jam 5"

"Iya Bii, Qani sholat Ashar sebentar ya.. Habis itu pulang"

"Hati-hati ya nak.."

Setibanya dirumah Qani segera membersihkan diri, dan menemani Ummi menonton televisi sejenak. Setelah ia rapikan rumahnya dan mencuci sisa-sisa piring kotor, biasanya Qani akan setia menemani Ummi. Apalagi ia perempuan satu-satunya selain ummi dirumah itu, maka ia sangat tak ingin menyia-nyiakan waktu bersama ummi.

"bagaimana kuliahmu tadi? ada hambatan cantik?"

"Alhamdulillah enggak ada Mii. Ummi, menurut ummi seseorang yang telah memiliki hampir segalanya didunia ini tapi dia masih saja merasa kurang terhadap segala sesuatu, sebetulnya apa sih yang ada didalam pikirannya Mii?"

"hehehee... menurut Ummi dia cuma jauh dari Allah sayang. Orang yang tidak mengenal Allah tidak akan pernah merasa dirinya berkecukupan. Hatinya selalu hampa, dan seperti banyak sekali kekurangan diri yang dia lihat dari kacamatanya sendiri. Orang seperti itu sudah buta akan makna dan hakikat hidup sayang.. Memangnya kenapa kamu bertanya itu?"

"biasa Ummi, Ibbas dan teman-temannya itu lho.. Qani heran saja Mii, sudah bertahun-tahun dia mengusikku kenapa dia tidak bosan-bosannya ya?"

"Itu adalah takaran kasih sayang yang Allah berikan khusus buatmu. Sudah, jangan terlalu dipikirkan ya, itu diluar jangkauan manusia untuk dipikirkan sayang, kita hanya patut mendoakannya. Ummi juga selalu mendoakanmu supaya kamu dilindungi dari pengaruh-pengaruh Ibbas yang buruk terhadapmu. Ohya, kamu bisa tanya sama Abi doa-doa untuk kasus seperti itu nanti malam pas mengaji"

"Oh begitu ya Mii, Iya Ummi nanti aku tanyakan sama Abi..."

Dua minggu berselang Qani mendapati suara kak Iman diseberang benua. Qani sangat antusias terhadap pembicaraan tersebut. Yang ia rasakan adalah kerinduan yang memuncak akan kehadiran kak Iman yang selalu meneduhkannya. Terlebih lagi ia sangat senang ketika kak Iman memberitakan kabar bahagia. Kak Iman ingin memodalkan Qani untuk usaha yang ia impi-impikan sedari dulu membuka butik lukisan kaligrafi kecil-kecilan. Kak Iman sangat tahu bahwa Qanitah mencintai melukis dan kaligrafi, maka kak Iman berinisiatif sesegera mungkin untuk tak membenamkan bakat adik perempuan satu-satunya yang tercinta itu.

Hingga sebulan kemudian hari yang dinanti-nantinya untuk menunggu modal kiriman kak Iman, banyak sekali hal yang telah gadis cantik itu rencanakan. Ia pun ber-nadzar jika usahanya sukses ia akan menghafal semua juz seperti yang seringkali Abi harapkan darinya. Diperjalanan kali ini menuju kampus wajahnya sangat berbeda, kali ini Qanitah lebih cantik dari biasanya, parasnya yang penuh kelembutan dan kesejukkan qolbunya yang terpancar dari rona pipinya. Qani juga sudah tidak sabar ingin berbagi cerita bahagia dengan Tifa. Orang yang sangat ia sayangi dikampus.

Namun, sesampainya dihalaman kampus yang rindang dan saat itu suasana memang sedang sunyi karena hampir semua Mahasiswa terlihat sedang asyik menyimak kuliah. Ibbas pun tiba menghampirinya, kali ini ia tidak bersama teman-temannya, Ibbas terlihat seorang diri. Dengan segera Qanitah menghindarinya, namun Ibbas memanggilnya dengan cara yang berbeda. Tidak ada kekasaran atau nada ejekan yang keluar dari bibirnya.

"Qani..."

"..."

"Qani, maafin gue sama temen-temen gue ya kemarin. Gue juga capek jadi orang yang elo benci. Gue mohon elo mau maafin gue dan berteman sekarang"

"Oke, saya maafkan. Dan saya pun tidak akan lagi benci denganmu Bas, tapi saya mohon jauhkan saya. Anngap saja kita tidak mengenal satu sama lainnya. Demi kenyamanan saya. Apabila ada sesuatu yang bisa kubantu, insyaAllah aku usahakan."

"terima kasih Qani, bisa bantuin gue sekarang?"

"bantu apa?"

"ikut gue aja, tabitha lagi marah sama gue gara-gara cemburu sama lo. Gue mohon lo jelasin apa adanya ke dia. Sekarang dia ada dihalaman belakang kampus. Pleeasee..."

"tapi.."

"pleeaasee Qani, gue gak mungkin minta tolong siapa-siapa lagi selain lo. Karena ini kaitannya sama lo, ya emang sih ini ulah gue juga. Gimana? mau yah? pleeeaaseee...!" pinta Ibbas dengan sangat memohon

"oke tapi saya mohon kamu janji setelah itu jangan pernah libatkan saya dalam hidupmu lagi Bas."

"Deal!"

Berjalan penuh ketergesaan mereka berdua menyusuri halaman belakang kampus yang sangat rindang. Nampaknya wajah Qani diselingi keheranan, karena selama ia berkuliah disini belum pernah ia singgahi halaman kebun belakang disudut jalan ini ia pikir. Aneh sekali, kok bisa-bisanya mereka (Ibbas dan Tabitha) tahu tempat tersembunyi seperti ini. Apa saja yang mereka lakukan ditempat sepi seperti ini dan jauh dari keramaian orang, Tanyanya dalam hati.

"Dimana Bitha, Bas?" tanya Qani mulai tak nyaman dengan tempat seperti itu

"Sudah ikut aku saja, dia sedang menyendiri karena kesal.."

Tak lama, sampailah mereka disebuah sudut kebun yang jauh dari perhatian orang banyak. Tempat tersebut adakalanya terkesan angker karena teramat sepi, walaupun terawat tetap saja buat Qanitah tempat tersebut sangat tidak membuatnya nyaman.

"Saya sama sekali nggak lihat Bitha. Dia baik-baik saja kan? kamu nggak macam-macam kan sama Bitha, Bas?"

"...."

"Bas, kenapa kamu diam saja? mana Bitha? lagi pula, apa yang kamu lakukan membelakangi saya seperti itu?"

"Dasar bodoh cewek Katrok!!! Hahahahaahaa...!!! Gadis katrok lugu, segitu gampangnya gue kerjain lo? Jadi ini yang katanya gadis berkelas sejagat kampus???? Hahahahahaa!"

"Ibbas kamu jangan macam-macam atau saya teriak!"

"...." menatap penuh kebejatan lalu ia lanjutkan diamnya dengan kalimat

"eh bego! Tabitha lagi ke Paris, emang dasar kuper sih lo! Makanya nggak heran anak sekampus bilang lo katrok!"

"Astaghfirullah Ibbas, istighfar. Kalau kamu berani sentuh saya seujung jaripun, saya nggak segan-segan..."

"Udah jangan banyak omong lo! Buka tuh semua perangkat katrok lo! Nggak pake Munafik ya! Gue juga tau lo pasti pura-pura lugu, padahal diem-diem lo juga pacaran kan. Elo juga cuma pura-pura alim aja dikampus??"

"...." Qanitah tak mampu membendung ait matanya, ia berusaha mencari cara melarikan diri dari manusia laknat itu.

Kali ini takdir berkata lain, Tuhan benar-benar menguji gadis sholiha itu dengan ujian yang amat berat. Qanitah tak sadarkan diri, dengan pakaiannya yang compang-camping. Ia sempat dibenturkan ke tembok sehingga ia tak sadarkan diri, Ibbas menghilang entah kemana. Tak beredar lagi wajahnya dikampus. Sementara Tifa cemas sejak tadi mencari-cari Qani, yang sedari pagi tak muncul batang hidungnya. Namun Abi nya bilang kepada Tifa ditelepon bahwa ia berangkat kuliah hari ini. Hingga sore ini, Qani tak jua muncul. Padahal Tifa sudah tidak sabar ingin mendengar cerita tentang usaha yang dijanjikan kakak tercintanya itu.

Tak berapa lama, sayup-sayup semilir angin sore menyambut senja dingin nan menggigit. Kepalanya terasa sakit, suara itu sengau tak menggema sedikitpun. Ketika ia sadar pakaiannya compang-camping, sekali lagi ia menjerit tak sadar bahwa pita suaranya hampir putus. Hingga ia kelelahan menjerit karena tak bersuara, maka ia bergegas mengambil telepon genggamnya untuk menelepon Tifa. Tifa pun segera berlari ke sebuah tempat sesuai petunjuk Qani, ia sangat khawatir suara Qani sangat tak biasa. Lalu, diantara rerumputan dan bunga-bunga terlihat Qanitah sedang lemah terkulai tak berdaya. Matanya terbuka namun ia seperti tidur, tatapannya kosong, kerudung cantiknya sudah tak berbentuk, bajunya terlihat robek, daan.... Ini yang membuat Tifa semakin tak bisa berbicara, Tifa ingin teriak jika ia mampu. Daan... dibalik rok anggun Qani, terdapat bercak yang sungguh membuat hatinya hancur. Ia tak sanggup melihat sahabat tercintanya seperti itu, ia lantas memeluk erat Qanitah.

"Ya Allah Qani, kamu? istighfar ya Qani, aku antar kamu pulang ya sayang.."

"..." tatapan kosong itu sungguh membuat Tifa nyaris putus asa

"Sudah kamu tenang dulu ya, ada aku disini.. Siapa yang berkelakuan sekeji ini sama kamu Qani, bilang sama aku! Aku mohon!"

"..."

"..."

"Ibbas..." rintihnya

Seketika Dunia seperti ingin jatuh ke pundaknya, apa yang Tifa dengar benar-benar membuatnya terpukul. Ia tidak terima sahabat terbaiknya diperlakukan sehina ini. Ia berinisiatif menelepon Tabitha, dan memberi tahukan semuanya.

"Bitha... tolong ya, tolong laporkan saja ke polisi Ibbas pacar kebanggaanmu itu. Dia sudah sangat keji terhadap Qanitah!!! Kalau tidak, aku yang akan melaporkan kalian berdua ke polisi sekarang juga!!!" gertak Tifa sudah tak terbendung lagi emosinya.

Semenjak kejadian itu, Qanitah tak pernah lagi melakukan aktifitas apapun kecuali menyendiri dikamar. Perasaannya hancur, terlebih jika ia mengingat kondisi Ummi. Ia semakin menyalahkan dirinya seakan ialah sebab semua petaka dalam keluarganya. Ia ingat Abi yang telah memercayainya, bahwa ia wanita kuat yang mampu menjaga diri. Kak Iman, yang pasti sangat kecewa dengannya. Adik-adik yang mempunyai wacana buruk dari kakak perempuannya. Sungguh semua terasa amat berat baginya. Hingga kini keberadaan Ibbas masih tidak diketahui. Benar-benar masa dan pengalaman pahit bagi Qanitah.

Namun, sekarang Qani telah berhasil memajukan usahanya yang pernah ia taruhkan karena anggapannya bahwa hidupnya telah hancur itu. Usaha kaligrafi dan lukisan lainnya kini telah seringkali di ekspor ke Jeddah, Baghdad dan Kairo. Itu pun atas kerjasama dan perjuangan ka Iman untuk membuat Qani bangkit kembali meninggalkan masa suram yang meregang nyawa tersebut.

Kini Qani telah resmi bersaudara dengan Tifa, karena Tifa telah menjadi kakak iparnya. Kak Iman telah 5 tahun menikah dengan Latifa dan anak mereka Bram kini sedang bermain bersama si tampan Qoniif.

"Abiii...!!! Qoniif mau main bola sama Abi aja, Qoniif bosen sama Bram, hehehehe..." ucap si tampan kecil itu kepada Abi nya, yang tak lain adalah Ibbas.

Setelah melalui berbagai problematika yang panjang akhirnya Ibbas ditemukan. Ibbas pernah masuk kedalam Bui karena tuntutan Abi Qanitah yang tak terbantahkan. Ibbas sangat belajar dari kesalahan dan kebodohannya di dalam bui. Ia pun di gembleng habis-habisan oleh Abi Qanitah ketika ia bersikeras menikahi Qani. Ia hanya mampu menikahi Qanitah, tidak wanita lain. Tak ada lagi wanita lain yang sanggup ia nikahi kecuali Qanitah. Dan ia tetap harus menjadi figur Abi yang seesungguhnya bagi Qoniif...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun