Mohon tunggu...
Nindy Kumala
Nindy Kumala Mohon Tunggu... -

Membaca dan sangat mencintai untaian kata lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Qanitah... Kamu Tetap Cantik! La Tahzan

14 April 2011   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bas, kenapa kamu diam saja? mana Bitha? lagi pula, apa yang kamu lakukan membelakangi saya seperti itu?"

"Dasar bodoh cewek Katrok!!! Hahahahaahaa...!!! Gadis katrok lugu, segitu gampangnya gue kerjain lo? Jadi ini yang katanya gadis berkelas sejagat kampus???? Hahahahahaa!"

"Ibbas kamu jangan macam-macam atau saya teriak!"

"...." menatap penuh kebejatan lalu ia lanjutkan diamnya dengan kalimat

"eh bego! Tabitha lagi ke Paris, emang dasar kuper sih lo! Makanya nggak heran anak sekampus bilang lo katrok!"

"Astaghfirullah Ibbas, istighfar. Kalau kamu berani sentuh saya seujung jaripun, saya nggak segan-segan..."

"Udah jangan banyak omong lo! Buka tuh semua perangkat katrok lo! Nggak pake Munafik ya! Gue juga tau lo pasti pura-pura lugu, padahal diem-diem lo juga pacaran kan. Elo juga cuma pura-pura alim aja dikampus??"

"...." Qanitah tak mampu membendung ait matanya, ia berusaha mencari cara melarikan diri dari manusia laknat itu.

Kali ini takdir berkata lain, Tuhan benar-benar menguji gadis sholiha itu dengan ujian yang amat berat. Qanitah tak sadarkan diri, dengan pakaiannya yang compang-camping. Ia sempat dibenturkan ke tembok sehingga ia tak sadarkan diri, Ibbas menghilang entah kemana. Tak beredar lagi wajahnya dikampus. Sementara Tifa cemas sejak tadi mencari-cari Qani, yang sedari pagi tak muncul batang hidungnya. Namun Abi nya bilang kepada Tifa ditelepon bahwa ia berangkat kuliah hari ini. Hingga sore ini, Qani tak jua muncul. Padahal Tifa sudah tidak sabar ingin mendengar cerita tentang usaha yang dijanjikan kakak tercintanya itu.

Tak berapa lama, sayup-sayup semilir angin sore menyambut senja dingin nan menggigit. Kepalanya terasa sakit, suara itu sengau tak menggema sedikitpun. Ketika ia sadar pakaiannya compang-camping, sekali lagi ia menjerit tak sadar bahwa pita suaranya hampir putus. Hingga ia kelelahan menjerit karena tak bersuara, maka ia bergegas mengambil telepon genggamnya untuk menelepon Tifa. Tifa pun segera berlari ke sebuah tempat sesuai petunjuk Qani, ia sangat khawatir suara Qani sangat tak biasa. Lalu, diantara rerumputan dan bunga-bunga terlihat Qanitah sedang lemah terkulai tak berdaya. Matanya terbuka namun ia seperti tidur, tatapannya kosong, kerudung cantiknya sudah tak berbentuk, bajunya terlihat robek, daan.... Ini yang membuat Tifa semakin tak bisa berbicara, Tifa ingin teriak jika ia mampu. Daan... dibalik rok anggun Qani, terdapat bercak yang sungguh membuat hatinya hancur. Ia tak sanggup melihat sahabat tercintanya seperti itu, ia lantas memeluk erat Qanitah.

"Ya Allah Qani, kamu? istighfar ya Qani, aku antar kamu pulang ya sayang.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun