Saat mata-mata itu menatap dengan iba
Perempuan itu mengantungi asa di setiap langkahnya
Dia  berjuang tak kenal jera
Membawa anaknya menjalankan takdir Sang Kuasa
Cinta itu hadir tanpa syarat dan tanpa  jeda
Anaknya tahu, ia tak sendiri
Ada ibu, bentengnya di tengah derita
Meski dunia tak memberi ruang luas
Perempuan itu melangitkan rasa dan asa
Mengajarkan anaknya tentang keberanian dan cinta
Bahwa derita bukanlah akhir kehidupan
Saat anaknya berdiri di atas mimpi
Perempuan itu tersenyum dalam kelam
Air matanya adalah sungai rasa
"Anakku, kau pelangi di hatiku yang kabur."
Kini waktu menorehkan garis di wajahnya
Namun cinta itu tetap ada, tak terkikis usia
Dirinya menjadi mentari setiap hari
Menghangatkan hati dengan kasih suci
Di ujung malam, ibu berbisik pelan,
"Anakku, teruslah berjalan meski badai datang,"
Ia tahu, cinta itu takkan lekang,
Seperti langit yang memeluk bumi tanpa hilang.
Cibadak, 24 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H