Aku ingin menjadi mentari yang menerangi
Kegelapan sang permata hati
Setiap langkah kujejejakkan penuh asa
Setiap peluhku adalah bukti perjuangan panjang
Biarkan bait -bait puisi ini menjadi persembahan
Untuk kisah perjuangan yang tak pernah mati
Aku memohon keridhoan-Mu di medan kehidupan,
Cinta-Mu adalah sinar abadi penerang hati
Cibadak, 22 Desember 2024
Balada Perempuan Perkasa(2)
Di lorong waktu yang sunyi senyap
Seorang wanita tua melangkah tanpa mengeluh derita
Didorongnya gerobak menapak malam
Mengais sisa-sisa asa yang tercecer di lorong-lorong kota
Pada malam-malam yang sepi
Perempuan itu memintal doa di bawah langit biru
Mencium kening anaknya dengan harapan
Seolah berkata, "Dunia ini milikmu, sayang."
Tangannya mengelus sang buah hati penuh cinta
Mengukir makna di tiap sudut sunyi
Dengan jemari yang letih tapi penuh cinta
Ia melukis mimpi di dunia yang dicinta
Angin malam menyentuh wajah tirusnya
Semangatnya tetap membara
Setiap langkahnya adalah pengorbanan
Setiap senyumnya adalah pengobat lara
Perempuan itu mengajarkan dunia tanpa banyak kata
Mengguratkan makna dengan tanda yang bercerita
Cinta tulus terbaca di garis wajahnya
Membesarkan sang permata dengan cinta
Di matanya, anak bukanlah beban
Namun anugerah yang Tuhan titipkan
Ada masa depan di balik deritanya
Melampaui batas yang orang lain rasakan
Seperti bulan yang setia pada malam
Perempuan itu menerangi jalan anaknya dengan kasihnya
Mengajak sang anak berdiri meski kerap rapuh
Menyematkan harapan pada setiap peluh
Kala tangannya mengusap pipi kecil
Ada doa yang lirih namun penuh arti
"Jadilah kuat, Nak, meski dunia terasa tak berpihak
Kasihnya adalah sayap yang akan menguatkan untuk terbang."