Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen): Penghuni Rumah Nomor Tiga Belas

9 September 2024   22:33 Diperbarui: 9 September 2024   22:40 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokumen pribadi by Canva

Ketiganya mencoba berteriak, tetapi suara mereka tertahan di tenggorokan. Ruangan itu semakin gelap, semakin dingin, dan bayangan hitam itu semakin mendekat...

Tiba-tiba pintu rumah terbuka lebar, mengeluarkan bunyi keras. Prima berdiri di sana, napasnya tersengal-sengal. "Lari!" teriaknya.

Namun saat mereka berusaha bergerak, waktu terasa berhenti. Semua menjadi hening. Zaki tersenyum, matanya tertuju pada Prima yang terlihat panik di ambang pintu.

"Sudah terlambat," kata Zaki dengan suara yang dingin, bergema di antara dinding-dinding rumah tua itu.

Dan pada saat itu, semua lampu padam. Hanya kegelapan yang tersisa. Lana dan Sarah menangis dan berteriak-teriak minta tolong. Sementara Vina lebih tenang. Dia membacakan ayat-ayat suci yang diyakini dapat mengusir makhluk gaib.

Tiba-tiba lampu menyala terang, dan suara tepukan menggema di seluruh ruangan. Tampak Prisma, Zaki, Pak RT dan beberapa warga yang belum mereka kenal tersenyum lebar. Begitu juga dengan makhluk yang menyeramkan tadi.

"Selamat! Kalian memang hebat dan pemberani!" Prisma mendekati mereka,"Kami sedang memecahkan mitos dan berita hoaks tentang rumah ini." Ketiga gadis itu hanya mematung. Perasaan mereka campur aduk.

Sementara di balik jendela dapur sesosok bayangan hitam dan menyeramkan sedang memperhatikan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun