Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen "Misteri Hilangnya Gelang Giok"

24 Agustus 2024   20:13 Diperbarui: 11 September 2024   23:10 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini Bima berdiri terpaku di depan pintu rumah megah itu. Matanya tak bisa lepas dari keindahan di hadapannya. Dia datang ke rumah ini untuk memenuhi undangan reuni SMA Budi Utama 1994. Rumah milik Gunarsa~pengusaha batubara dan property~ ini benar-benar luar biasa. Pilar-pilar besar menjulang tinggi, menopang atap dengan ukiran-ukiran rumit.Dinding-dindingnya dihiasi dengan jendela-jendela besar berbingkai warna emas.

Bima disambut seorang karyawan Gunarsa dan dipersilakan masuk.Di sebuah ruangan besar dengan langit-langit tinggi berukir klasik, suasana malam itu terasa hangat dan penuh keakraban. Sekitar tiga puluh orang teman-teman SMA-nya berkumpul, duduk di kursi yang disusun melingkar di tengah ruangan. Lampu kristal yang bergemerlapan di atas memberikan cahaya lembut, memantulkan sinarnya pada lantai marmer yang berkilau. Aroma kopi dan teh melayang di udara, bercampur dengan wangi kue-kue yang dihidangkan di meja panjang di sudut ruangan. Tak jauh dari meja sebuah gelang Giok bermahkota mutu manikam, ditempatkan di dalam kotak kaca di meja yang sedikit terpisah, mencuri perhatian setiap orang yang masuk.

Percakapan santai mengisi udara, terdengar tawa ringan dan suara-suara yang saling bersahutan. Saat melihat Bima, mereka menyambut dengan senang.

Baca juga: Cerpen "Mbatin"

"Bagaimana kabarmu, Bima?" tanya Sri dengan senyum ramah, sambil menyeruput teh melati dari cangkir porselen.

"Alhamdulillah, sehat semua," jawab Bima seraya membalas senyum teman-temannya.

Di sudut lain, beberapa teman tampak asyik berbincang tentang hobi dan rencana masa depan. Salah satu dari mereka, seorang laki-laki berjas abu-abu dan kemeja putih rapi. Gunarsa datang menyalami saat melihat Bima lalu berbincang akrab.

Suasana terus hidup dengan berbagai topik yang dibicarakan, dari urusan keluarga, pekerjaan, hingga rencana liburan. Sesekali terdengar suara-suara tawa lepas yang memenuhi aula, menambah kehangatan di antara mereka yang berkumpul. Di tengah kebersamaan ini, tak ada yang terburu-buru. Semua menikmati momen, seolah waktu berjalan lebih lambat di bawah sinar lampu kristal yang gemerlapan. Hingga tiba-tiba, sebuah teriakan memecah keheningan.

"Gelang itu! Gelang Giok hilang!" Suara pengawal Gunarsa menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang menoleh.

Mata kami terpaku pada kotak kaca yang kini kosong. Gelang Giok yang bernilai miliaran itu lenyap tanpa jejak. Dalam sekejap, suasana menjadi tegang. Tatapan penuh curiga saling dilemparkan di antara para alumni yang hadir. Seseorang di antara kami pasti mencurinya, tetapi siapa?

Gunarsa yang panik segera mengunci semua pintu dan jendela. "Tak seorang pun meninggalkan rumah ini sebelum gelang itu ditemukan," katanya dengan tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun