Sebelum Meylana sempat bertanya lebih lanjut, bayangannya menghilang, dan ruangan kembali hening. Pintu kamar tertutup dengan sendirinya, dan Meylana terduduk lemas di lantai, masih memegang buku harian Allan.
Saat itu, Mas Bram dan Mas Rasya mendekati dengan wajah cemas. "Mey, kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Bram, membantu Meylana berdiri.
"Aku... aku melihat sesuatu.ia berbicara tentang hutang darah," kata Meylana terengah-engah. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang kain di loteng dan 'Hantu'."Kedua seniornya saling berpandangan, Mereka pasti kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi karena mereka tidak melihat apa-apa.
"Kita akan mencari tahu, Mey. Tapi sekarang kita harus keluar dari sini," kata Mas Rasya sambil menarik Meylana .
Saat mereka tiba di pintu depan, Meylana berhenti sejenak, berbalik menatap vila yang tampak semakin suram di bawah cahaya senja. Dia tahu bahwa misteri ini belum selesai, dan dia bertekad untuk mengungkap kebenaran, apapun yang terjadi.
Bionarasi
Nama saya Nina Sulistiati. Pengajar Bahasa Indonesia di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi. Seorang pembelajar sepanjang hayat. Saya menulis tiga buku solo Novel" Serpihan Atma", Kumcer "Di Balik Duka Wanodya", kumpulan puisi"Kulangitkan Asa dan Rasa.
https://www.kompasiana.com/ninasulistiati0378 Â Â Â ig https://www.instagram.com/nlistiati/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H