Retno harus bisa menghidupi kedua anaknya yang masih usia SMP dan SD. Untunglah Retno ditawari untuk mengelola lembaga bimbingan belajar milik Sinta, sahabatnya. Dengan ijazah S2 yang belum pernah dipakainya karena dilarang Pras untuk bekerja, Retno mengelola lembaga pendidikan itu dengan sepenuh hati hingga akhirnya maju dan membuka cabang di beberapa tempat.
Dia juga menjadi dosen di salah satu universitas swasta di kota itu. Perjuangan dan pengorbanan ini dilakukan untuk anak-anaknya. Retno menepis godaan dan permintaan dari beberapa pria yang akan melamarnya. Biarlah semua ini Retno lakukan demi anak-anak.
Suara belalang di persawahan depan semakin keras diselingi lolongan anjing yang terdengar di kejauhan. Retno melihat angka di jam dindingnya sudah menunjukkan angka satu. Cukup lama juga dia mengenang perjalanan hidupnya.
Kini Retno sudah tak perlu cemas. kedua anaknya sudah sukses bersama keluarga mereka. Retno memilih membuka yayasan panti para lansia untuk bisa menemani hari-hari tuanya. Retno menolak ajakan putra-putrinya untuk tinggal bersama mereka.
Biarlah sisa hidupnya dia abdikan untuk orang-orang seusianya yang membutuhkan kasih sayang.
Cibadak, 16 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H