"Aku terluka ya Rab tetapi aku yakin semua itu takdir-Mu. "
Bagi kebanyakan orang, moment ulang tahun adalah saat bahagia yang bisa dirayakan dengan keluarga, teman atau kekasih. Namun, bagi Ajeng, ulang tahun merupakan saat yang menyedihkan. Betapa tidak sedih, saat usiaku bertambah, jodoh yang akan menjadi pendamping hidup masih belum dihadirkan Sang Maha Pengasih.
Ujung- ujungnya aku memang harus bersiap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan klise.
"Kapan mau menikah? Kapan melepaskan masa lajang? Jangan memilih pasangan kalau mau cari suami. Jangan judes sama laki- laki biar gampang jodoh. Makanya jangan sekolah tinggi - tinggi jadi laki- laki minder buat menjadikan isteri." Serentet nyinyiran kerap aku dengar dan pastinya membuatku jengah. Duh... Gusti, siapa sih yang mau menjalani hidup seperti ini. Siapa pula yang memilih  calon suami.
"Nduk, sabar nggih. Yakin yen jodoh, bagja, ciloko hanya Gusti Allah yang mengatur." Ibu selalu membesarkan hatiku bila aku sudah merasa terpojok. Ibu juga yang selalu menjadi tempat curahan hatiku.
"Coba diruwat anakmu itu, biar cepet dapat suami. Biar aura negatifnya hilang," nasihat Mbah Sastro, tetanggaku. Ibu hanya tersenyum menanggapinya.
"Mungkin kamu suka duduk di pintu, Nduk sehingga kamu suit mendapat jodoh." ujar Mbok Darmo.
Memang ada mitos yang mengatakan barang siapa anak perempuan suka duduk di depan pintu, maka akan sulit mendapatkan jodoh. Hal itu juga menjadi tanda menolak datangnya lamaran
Acap kali batinku memberontak bila ulang tahun dan bertambahnya usia menjadi gunjingan seluruh keluarga bahkan tetangga- tetanggaku. Dan bulan depan tanggal tiga belas adalah tepat usia aku mencapai  tiga puluh enam tahun. Rasanya ingin sekali aku melewati saat itu.
Batinku lelah menghadapi takdir kesendirian. Gelar jomblo permanen sering disematkan beberapa teman kantor. Setan- setan di dalam aliran darahku menggoda agar aku marah, kesal, kecewa pada takdir yang aku terima.
"Masa usiamu sudah tiga puluh enam tahun, kamu belum juga menikah? Mana janji yang digadang- gadang jika setiap manusia itu berpasangan- pasangan?" Setan, iblis di dalam hatiku mulai mengusik," Kamu perawan tua. Kamu memang ditakdirkan tidak bersuami. "