"Tenang, Kin. Kita akan pelan- pelan mencari jalan.
Untungnya rembulan purnama malam ini. Cahayanya yang terang memberikan sinar ke arah hutan tempat kami berada.
Seraya membaca doa dan tetap waspada, kami menyusuri jalan setapak yang ada. Satu jam kami berjalan. Rasa lelah ini melanda, tetapi aku tak mau tertangkap lagi.
"Lihat! Ada kerlip lampu di depan sana, Kin. Tandanya ada desa dekat hutan ini," tunjuk Pras ke arah depan.
"Ayo, Pras! Kita ke sana. Siapa tahu ada yang bisa membantu kita," ujarku penuh semangat.
Kresek... Kresek ... Suara orang melangkah terdengar dari arah semak- semak. Pras pasang kuda- kuda untuk mengantisipasi mereka adalah orang- orang yang akan menangkap kami kembali. Â Dia bersiap akan menyerbu dan menyerang orang yang ada di balik semak- semak.
"Siapa kamu? Keluar!" Â teriak Pras seraya menyerangnya.
"Eit...eit! Tunggu... ini aku, Tejo" jawab orang itu. Tejo keluar dari balik semak sambil nyengir kuda.
"Tejo ...!" teriak kami bersamaan.
"Kamu masih di sini? Aku kira kamu sudah pergi jauh dan mencari bantuan," protesku.
"Mana aku berani sendirian berjalan di hutan lebat begini. Aku takut bertemu dengan para pembalak itu atau kalau tidak aku takut dimakan binatang buas," papar Tejo sambil tersenyum.