"Bro! Kamu kawal dia, ya ke toilet. Awas jangan sampai kabur!" Preman berjaket biru itu memerintah temannya.
Ikatan kaki Tejo dilepas agar bisa berjalan.
Aku dan Pras menunggu di gudang itu dengan dijaga dua orang preman. Aku tahu Tejo punya seribu cara untuk bisa kabur dari sini dan meminta pertolongan.
Lama juga Tejo berhajat di toilet, hampir setengah jam.
"Bang, anak yang tadi kabur dari jendela toilet. Aku kejar tak terlihat jejaknya!" teriak laki- laki yang mengawal Tejo tadi.
"Mampus.Kita pasti dimarahi Bos!"
Aku tersenyum mendengar  ucapan mereka. Tepat dugaanku, Tejo pasti bisa kabur. Dia pasti mencari pertolongan  dan membebaskan kami.
"Kamu jaga anak- anak ini dengan baik! Jangan biarkan mereka kabur lagi! Aku mau lapor ke Bos dan mengerahkan orang untuk mencari anak itu," ujar si jaket biru  dengan tegas. Kemudian dia keluar dariÂ
tempat kami disekap.
"St ... st .. kamu alihkan perhatian mereka, Kin. Aku coba melepaskan ikatan tali ini," ujar Pras berbisik," Taliku sudah mulai longgar."
Aku menganggukkan kepala. Aku berpikir keras untuk mencari cara mengalihkan perhatian mereka.
"Pak! Bolehkah aku minta segelas air? Please... aku sangat kehausan," pintaku memelas. Aku melihat Pras sudah melepaskan talinya tetapi belum semua simpul terlepas.