"Kami tersesat, Pak. " Pras menjawab dengan tenang. Tejo yang semula pulas kini terbangun oleh suara itu.
"Bohong! Kalian sengaja menyelidiki tempat kami ! Aku melihat mereka mengendap- endap di atas sana sambil mengamati tempat ini," ujar preman berpakaian hitam.
Tak lama kemudian tiga orang bertopeng datang ke ruangan itu. Pasti mereka menyembunyikan identitas. Aku berpikir mereka tidak mau diketahui identitas berarti mereka adalah orang yang kami kenal. Â Namun, siapa mereka sebenarnya?
Mereka tidak berbicara apa pun. Setelah melihat kami, mereka pergi tanpa berkata apa- apa.
"Pras, ada yang janggal," bisikku kepada Pras.
"Maksudmu?" Â tanya Pras balik bertanya.
"Mereka menggunakan topeng karena takut diketahui jati dirinya oleh kita. Mereka juga tak bicara apa pun karena mereka tak ingin kita mengenali suaranya. Saya berpikir mereka itu familiar dengan kita," papar aku menyampaikan analisa.
"Benar juga ya," Â ujar Pras," Siapa ya mereka"
"Kita harus bisa keluar dari sini," jawabku sambil memberikan kode kepada Tejo.
Tiba- tiba Tejo berteriak,"Pak, aku sakit perut ."
"Diam! Jangan berisik!" bentak salah satu dari mereka.
"Aku mau pup nih. Aduh... sudah tak tahan, Pak," rintih Tejo berakting," Bisa- bisa aku pup di sini."
"Pak, tolong dong teman saya. Kasihan, lagi pula jorok ikh jika dia pup di sini," timpal Pras meyakinkan para preman itu.